Chapter 8

22.6K 1.6K 45
                                    

Baby Sitter & Tuan Manja

Jika kemarin Al yang dibuat cemburu, maka kali ini giliran Ita yang dibuat cemburu.

Teman-teman perempuan Al datang semua. Termasuk Melly yang genitnya minta ampun itu. Mereka terus mengobrol asik entah membicarakan apa.

Tak jauh dari sana, Ita mencoba mencuri dengar. Ia akui, yang ia lakukan adalah salah. Tapi, ia merasa rasa penasaran nya harus segera diobati.

Ita terus berdecih geli setiap kali Melly menunjukkan perhatiannya pada Al. Menurut Ita, Al lebih membutuhkannya dari pada Melly.

Walau merasa kesal, Ita terus mendengarkan obrolan mereka dari ruang sebelah.

"Al, aku mau pamit. Aku mau pindah ke Swedia. Hmmm, sebenarnya nggak bisa dibilang pindah sih. Maksudnya, aku mau ngelanjutin studyku di Swedia," pamit Melly pada Al.

"Yah, kok kamu pergi sih, Mel? Nanti yang lebih dewasa diantara kita siapa?" keluh Putri.

"Iya, Mel!" sahut Evi.

"Kapan-kapan aku bakal balik lagi buat ketemu kalian," ujar Melly sambil tersenyum.

"Janji yah?" ujar Gina.

"Iya, janji yah?" ujar Ica juga.

Melly menggangguk. Lalu pandangannya jatuh kepangkuannya, yang dimana Al sedang berbaring disana.

"Kenapa, hem?"

"Melly nggak usah pergi. Disini aja kita main berenam. Nggak usah pergi, Mel," pinta Al.

"Lah, emangnya kenapa?"

"Nanti aku-nya kesepian nggak punya teman. Melly disini aja, yah? Jangan tinggalin aku. Lanjutin studynya di sini aja. Sama-sama kita. Jangan tinggalin aku."

Degg!

Hati Ita rasanya mencelos jatuh. Bukankah itu kalimat yang pernah Al ucapkan padanya? Lalu, bukankah sudah ada dirinya disini? Lalu untuk apa Al bilang dirinya akan kesepian? Apa arti dirinya bagi Al?

Dan, salahkah pengertian dirinya untuk dirinya selama ini?

"Al kan sudah ada Mbak Ita buat mengganti Melly," ujar Melly.

"Nggak! Aku nggak mau mbak Ita. Aku mau kamu, Mell!"

Jleep!

Sudah cukup! Sudah cukup semua ini, batin Ita. Dirinya memang tak pernah dianggap oleh Al. Lalu, apa maksudnya bocah sialan itu terus mempermainkan perasaannya selama ini? Apakah ia hanya dijadikannya lelucon?

Setelah apa yang Ita lakukan bersamanya, ternyata Ita hanya dianggap sebagai lelucon. Ita tahu derajatnya. Ia juga tahu posisinya. Tapi pantaskah jika perasaannya dipermainkan seperti ini?

Ita tahu sikap Al itu manja. Tapi berhakkah dia mempermainkan perasaannya? Ita juga punya hati yang bisa sakit!

Tak sadarkah dia baru saja kemarin, Al terus menangis karena merasa bersalah pada Ita, lalu sekarang? Bukankah dia kembali menorehkan luka? Pantaskah Ita mendapatkan semua ini?

Jemarinya bergerah lincah diatas ponselnya, memanggil seseorang yang bisa diajaknya berbagi.

"Halo, Win? Bisa jemput aku dikediaman keluarga Romandra?"

" ... "

"Ya sudah. Aku tunggu didepan gerbang."

★★★★

Baby Sitter & Tuan Manja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang