Baby Sitter & Tuan Manja
"Resti, apa jadwal saya hari ini?" tanya Al.
Sedari pagi ia hanya duduk di kursinya dan hanya membolak-balik berkas yang sudah begitu ia hafal. Ia bosan. Dari itu ia bertanya.
"Hari ini, jadwal bapak kosong."
"Baiklah. Kalau begitu siapkan mobil. Saya ingin pergi ke kota Y untuk memeriksa perusahaan di sana," ujar Al.
"Baik Pak."
Sepanjang perjalanan Al hanya terus memandang layar ponselnya yang menampilkan foto Ita. Sesekali ia menatap keluar jendela mobil sambil menghela nafas.
"Mbak, aku rindu Mbak. Mbak rindu nggak sama aku? Apa Mbak tahu aku belum bisa lupain, Mbak? Bisakah kita kembali bertemu? Rasanya aku hampir mati karena rindu Mbak," batin Al.
"Pak Viano, sekitar 15 menit lagi kita sampai di kota Y," ujar Resti.
"Iya."
★★★★
Ita sakit perut. Iya, dia sakit perut hari ini. Bukan karena tamu bulanannya yang bertamu, tapi sepertinya pencernaannya bermasalah.
Belakangan ini, Ita memang sering mengabaikan jadwal makannya. Lalu ia juga tidak memperhatikan makanan apa saja yang ia makan. Dikiranya, asalkan perutnya terisi, tidak akan ada masalah. Ternyata itu tidak benar.
"Ayo! Semuanya berkumpul. Hari ini, Direktur kita bakal berkunjung ke sini untuk beberapa hari. Jadi tunjukkan kemampuan kalian. Dan karena ini hari pertama beliau berkunjung, harap semua pekerja ikut menyambutnya dari pintu luar," ujar manajer di sana.
Ita juga teman-teman lainnya, segera berkemas. Berusaha tampil sebaiknya. Oh atau lebih tepatnya berdandan sebaik mungkin. Ita tak mengerti, mengapa mereka semua bahkan rela untuk mengganti baju hanya untuk menyambut Direktur. Ia tahu setelah Nana memberitahunya.
"Direktur itu masih singel. Jadi banyak perempuan yang berusaha menarik perhatiannya. Siapa tahu bisa jadi nyonya Viano."
Ita hanya mengangguk mendengarnya. Lalu mencoba sedikit merapikan baju juga rambutnya.
"Kar, kamu nggak usah rapi-rapi. Mau kaya manapun kamu tetap cantik kok," ujar Danu. Ita hanya tersenyum.
"Alah! Kamu tuh bisanya cuman gombalin Karita. Apa sih bisamu selain itu?" tantang Nana.
Entahlah. Ia selalu saja sewot tentang semua yang dilakukan Danu. Mungkinkah dia suka sama Danu?
"Selain bisa gombalin Karita. Aku juga bisa melamar Karita lalu dijadikan istri buat aku."
"Cih! Omong kosong."
Ita lagi-lagi tersenyum. Lalu teringat satu hal.
"Nana, kayanya kamu sensian banget sama Danu. Jangan bilang kamu suka sama Danu?"
"Aapasih Kar! Aku? Suka sama Danu? Kenapa aku harus suka sama makhluk Mars itu?" tanya Nana sambil memalingkan wajahnya.
"Ah masa? Bener nih?" goda Ita.
"Bener lah!"
Ita hanya terus tersenyum. Bahkan Danu juga tersenyum melihat Ita yang menggoda Nana.
"Kenapa kamu senyum-senyum?" sewot Nana.
"Emang kok yah? Susah kalau sudah jadi orang ganteng. Mau kemana aja, nggak ada yang bisa menolak pesona seorang Danu. Susah. Sekali ngelihat, langsung terpikat," ujar Danu menyombongkan diri.
Ita sempat terkekeh dibuatnya. Apalagi setelah mendengar sahutan dari Nana.
"Iya. Saking mempesonanya, kucing janda lima kali punya tetanggaku aja naksir sama kamu," ujar Nana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Sitter & Tuan Manja
Teen Fiction"Baiklah. Kamu diterima bekerja disini," putus Wanita tersebut sambil tersenyum menatapku. Aku membalasnya tersenyum. "Terima kasih, Bu." "Kamu bisa tinggal disini. Nanti bi Siti yang bakal ngantar kamu ke kamar. Kamu bisa manggil saya dan suami say...