Bab 12

1.1K 291 22
                                    

Tidak semua masalah bisa diselesaikan sendiri namun bukan berarti harus menyerah dalam menghadapinya. Tetap tabah dan bersabarlah.

_Yakin Masuk Surga?_

By: ghina_alfajri

🍁🍁🍁

Pagi ini Qonita merasakan sangat berat untuk pergi bekerja. Matanya masih bengkak akibat menangis hingga tertidur. Kepalanya pun terasa berat. Dia belum sepenuhnya menerima kepergian Maya. Qonita harus melakukan sesuatu untuk mengungkap kebenaran di balik kepergian sahabatnya.

Qonita memaksakan diri untuk pergi ke kantor. Bagaimana pun dia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya begitu saja.

"Dek!" Zidan menyembulkan kepalanya di balik pintu. Setelah kemarin Qonita memanggilnya dengan sebutan "Mas" dia pun memberi panggilan "Dek" untuk Qonita, "Sarapan dulu sebelum berangkat," kata Zidan.

"Aku tidak lapar," jawab Qonita.

Dia mengambil tas miliknya dan melenggang pergi melewati Zidan.

"Makan sedikit saja. Tidak baik beraktivitas tanpa sarapan dulu."

Seperti tidak mendengar perkataan Zidan, Qonita terus saja melangkahkan kakinya keluar rumah.

"Qonita! Sudah mau berangkat?" tanya Nur yang berada di depan rumah.

"Iya, Bu."

"Sudah sarapan?"

Qonita menggeleng.

"Kamu gimana sih, Dan. Bukannya suruh istri kamu makan dulu," cecar Nur kepada Zidan yang baru keluar rumah.

Nur menghentikan kegiatannya yang sedang membereskan dagangan. Dia menghampiri Qonita dan merangkul tangan menantunya itu.

"Kamu tidak boleh berangkat sebelum sarapan," kata Nur seraya membawa Qonita ke ruang makan. Zidan pun mengekor di belakang mereka.

"Qonita tidak lapar, Bu."

"Mau lapar atau tidak, sarapan itu sangat penting. Kamu akan beraktivitas jadi tubuh kamu perlu nutrisi." Nur menuntun Qonita untuk duduk.

Diambilkan nya nasi dan lauk pauk yang Zidan masak kedalam satu piring. Nur pun mendudukkan dirinya di samping Qonita.

"Buka mulutnya!" suruh Nur dengan menyodorkan sendok berisi nasi ke depan mulut Qonita.

"Biar Qonita makan sendiri,Bu," ucap Qonita menolak untuk disuapi.

"Tidak apa-apa. Zidan itu anak ibu satu-satunya. Dari dulu dia hidup mandiri jadi dia selalu tidak mau kalau ibu manjain," cetus Nur.

Qonita membuka mulutnya untuk menerima suapan Nur. Zidan berbeda sekali dengan dirinya. Dulu Qonita tidak bisa makan kalau tidak di suapi oleh ibunya. Namun setelah kepergian ibunya dia berusaha mengerjakan semuanya sendiri. Sungguh Qonita merasa sangat merindukan ibunya saat ini.

****

Setelah turun dari motor Qonita menyerahkan helm yang di pakainya kepada Zidan.

"Semangat kerjanya." Tangan kanan Zidan terulur untuk mengusap pucuk kepala Qonita. "Jangan rindu, berat. Biar saya saja." Zidan menerbitkan senyuman mautnya.

"Kenapa sih? Gombal? Basi amat gombalannya."

Zidan tertawa mendengar perkataan Qonita. "Tidak apa-apa. yang terpenting rasa saya sama kamu tidak akan pernah basi. Nanti pulang saya jemput."

Yakin Masuk Surga?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang