Sebuah motor berhenti tepat di depan rumah minimalis bercat putih. Setelah penumpang wanita itu memberikan helm kepada si pengemudi dia melangkahkan kakinya dengan terburu-buru mendekati pintu. Dia menunggu pemilik rumah membuka pintu setelah menekan bel sebanyak tiga kali.
Saat pintu terbuka pemilik rumah terperangah melihat wanita di depannya.
"Qonita! lo kenapa?" tanya Maya. Wajah Qonita terlihat memerah begitu pun dengan matanya. Wanita itu terlihat tengah menahan tangis. Kedatangan Qonita membuat Maya bingung pasalnya sahabatnya itu memakai pakaian yang tidak biasa. Gaun putih dengan make up cukup tebal.
Qonita masih terdiam.
"Masuk, Ta." Maya menarik tangan Qonita dan membawa wanita itu masuk kedalam rumahnya.
Terlihat seorang laki-laki tengah duduk di kursi depan televisi. Qonita mengenal laki-laki itu. Dia adalah pacar dari sahabatnya yang bernama Angga.
"Lo kenapa, Ta?" tanya Angga seraya beranjak dari tempat duduknya.
Maya mempersilahkan Qonita untuk duduk.
Qonita masih enggan untuk membuka mulut. Pandangannya terlihat kosong dengan tangan yang terus menggenggam kuat baju yang dikenakannya.
Maya membawa tubuh Qonita dalam pelukannya. Dia tahu jika kini sahabatnya itu sedang ada masalah. Qonita memang bukan tipe wanita yang mudah menangis. Dia selalu menahan tangisannya meskipun keinginan untuk menumpahkan air mata itu sangat kuat.
Maya menepuk punggung Qonita dengan lembut berusaha untuk menenangkannya.
"Gue kangen Mama," ucap Qonita dengan dada bergemuruh.
"Ya ampun, Yang sabar, Ta. Do'ain nyokap lo agar selalu tenang di sisi-Nya."
"Gue takut, May." Qonita menenggelamkan wajahnya di leher Maya. Mendengar pengakuan Qonita jika dirinya sedang ketakutan membuat Maya terkejut. Sahabatnya itu paling tidak ingin terlihat lemah di depan siapa pun, termasuk dirinya. Baru kali ini Qonita berbicara seperti itu.
Maya melepas pelukannya dan menatap Qonita dengan intens.
"Apa yang buat lo takut? Cerita sama gue. Terus kenapa penampilan lo kayak gini?"
Qonita menarik nafasnya panjang, "Gue kabur dari acara pernikahan."
"APA!?" teriak Maya dan Angga bersamaan.
****
Mengetahui Qonita tidak ada di kamarnya membuat seluruh keluarganya syok. Mereka kira wanita itu aman-aman saja di kamarnya bersama tukang rias. Namun wanita itu pergi tanpa sepengetahuan siapa pun. Dengan pintu menuju balkon yang terbuka lebar dan kain yang masih terikat di besi.
Mirna jatuh pingsan saat mengetahui cucu perempuannya itu kabur. Saat ini dia tengah terbaring. Dan orang-orang sedang berusaha membuat Mirna siuman dengan memberikannya minyak aroma terapi.
"Dari dulu wanita itu selalu saja membuat masalah," celetuk Susan--ibu tiri Qonita.
Hartawan mencekal lengan istrinya. Dia memperingati perempuan itu untuk tidak berkata yang tidak tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yakin Masuk Surga?
SpiritualKetika hati telah tersakiti oleh sosok laki-laki yang di anggap sebagai cinta pertama. Sulit rasanya untuk kembali menerima cinta yang lainnya. "Saya ingin bertanya satu hal. Apa di hati kamu masih ada ruang kosong untuk saya tempati?" Zidan merasak...