"Ibu siapa ya?"
Qonita mengerutkan keningnya. Pertanyaan itu bukan berasal darinya. Bukan kah seharusnya dia yang bertanya siapa yang pagi-pagi begini datang bertamu. Dan manggil apa dia barusan. Ibu? Setua itukah dirinya?
"Teh! Ini istrinya A Zidan," ucap anak laki-laki yang berada di belakang wanita bercadar itu.
"Ya Allah, maaf Mbak."
"Assalamu'alaikum, eh ada Neng Ipeh sama Ujang," kata Nur yang baru saja pulang.
"Iya Bu," ucap Syarifah seraya mencium tangan Nur dan di susul Ujang melakukan hal yang sama.
"Ayok masuk ke dalam kita ngobrol-ngobrol."
Baru saja Qonita akan melangkahkan kaki untuk kembali ke kamar namun Nur memanggilnya.
"Neng Qonit, sini!" Qonita ikut duduk di samping Nur. "Kenalin ini Neng Syarifah panggilannya Ipeh sama adiknya, Ujang. Mereka anak dari Ustadz Awan, sesepuh kampung ini." Syarifah mengulurkan tangannya dan di balas oleh Qonita.
"Neng Ipeh, ini Neng Qonita menantunya ibu, istrinya Zidan."
Syarifah mengulurkan tangannya ke hadapan Qonita dan Qonita membalas uluran tangan Syarifah.
"Yang sabar ya Teh, sekarang A Zidan udah ada yang punya," bisik Ujang kepada Syarifah namun masih terdengar Qonita.
"Hush! Jangan bicara yang aneh-aneh."
"Awww." Ujang meringis karena di hadiahi cubitan di perutnya oleh sang kakak.
"Kapan Neng Ipeh pulang dari pondok?" tanya Nur.
"Baru kemarin, Bu. Rencananya Ipeh mau bantu-bantu Abah dulu di sini."
"Bagus. Sambil manfaatin ilmu juga ya Neng."
"Iya Bu. Insya Allah." Qonita hanya berdiam memerhatikan interaksi antara Syarifah dan Nur.
"Ohya Bu. Ini ada titipan dari Umi buat ibu." Syarifah memberikan bingkisan dalam kantong kresek. "Kemarin tali pusar anak Teh Sayyidah udah copot jadi Umi bikin bubur merah bubur putih."
"Alhamdulillah, ibu belum sempet nengokin lagi jagoannya Neng Sayyidah. Hatur nuhun nya Neng. Insya Allah nanti Ibu ke rumah."
"Ibu! Qonita izin ke kamar ya, mau istirahat," ujar Qonita.
"Iya, Neng. Nanti kalau mau apa-apa panggil Ibu."
"Iya Bu." Qonita beranjak untuk segera pergi ke kamarnya. Dia merasa sangat bosan karena berada di rumah. Apalagi dia tidak mempunyai kegiatan. Hanya mengarungi alam mimpi saja yang bisa dia lakukan.
****
Baru saja Zidan pulang kerja, Qonita sudah bersiap untuk menyambut Zidan dengan segala rencananya.
"Mas, hari ini aku mau nginap di rumah Oma," kata Qonita saat Zidan baru memasuki kamar mereka.
Zidan tersenyum, "Assalamu'alaikum." Zidan mengulangi salamnya yang belum di jawab Qonita. "Mengucapkan salam itu sunah tapi menjawab salam wajib hukumnya."
"Iya, wa'alaikumussalam." Zidan menghampiri Qonita yang duduk di pinggiran ranjang dan menyodorkan tangan kanannya.
"Apaan?" tanya Qonita yang belum menerima uluran tangan Zidan.
"Salim, Dek Qonita cantik!" balas Zidan geregetan.
Qonita menghembuskan napasnya kasar lalu menyalami tangan Zidan.
"Cium tangan itu bukan ke kening tapi gini." Zidan mempraktekan cara mencium tangan yang baik dan benar.
"Idih, Bilang aja mau modus," timpal Qonita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yakin Masuk Surga?
SpiritualKetika hati telah tersakiti oleh sosok laki-laki yang di anggap sebagai cinta pertama. Sulit rasanya untuk kembali menerima cinta yang lainnya. "Saya ingin bertanya satu hal. Apa di hati kamu masih ada ruang kosong untuk saya tempati?" Zidan merasak...