Ketika hati telah tersakiti oleh sosok laki-laki yang di anggap sebagai cinta pertama. Sulit rasanya untuk kembali menerima cinta yang lainnya.
_Yakin Masuk Surga?_
by : ghina_alfajri
🍁🍁🍁
Suara deringan yang memekakkan telinga membuat tidurku terusik karenanya. Dengan mata yang masih enggan aku buka tanganku terulur untuk mencari keberadaan gawai di atas nakas. Tanpa melihat nama yang tertera aku mengangkatnya dan meletakkan benda pipih itu di telinga kiriku.
"QONITA!!!" teriak orang di sebrang sana seperti ingin membuat telingaku tuli karena suaranya.
"Apa sih, May? Pagi-pagi gini ganggu ketenangan gue aja lo," jawabku dengan sinis karena merasa terganggu.
"Kebangetan banget lo ya. Jangan bilang jam segini lo masih tidur? Lo lupa ya siapa yang ngajak pergi gue hari ini?"
"Siapa?" tanyaku malas.
"Ya lo lah. Kemaren kan lo yang ngajak gue buat jalan-jalan."
"Sorry, gue lupa," kataku tanpa merasa bersalah.
Kemarin saat di kantor aku memang mengajaknya untuk pergi di weekend ini. Tapi aku benar-benar lupa dan malah asik menikmati hari libur dengan berjalan-jalan di alam mimpi.
"Ya Allah... Greget banget gue sama lo. Sana cepetan mandi dulu sekarang!"
"Iya iya gue mandi. Tapi di mohon dengan sangat, bisa gak suara cemprengnya itu di kecilin volumenya. Gendang telinga gue berasa mau pecah tau gak dengernya."
"Itu kan salah lo juga, lo yang bikin tekanan darah gue naik."
Tidak ada niatan untukku menjawabnya lagi aku memutuskan sambungan teleponnya. Karena aku tau akan panjang nanti urusannya. Dengan malas aku beranjak dari tempat tidurku dan bergegas memasuki kamar mandi
****
Kakiku berjalan menuruni tangga menghampiri anggota keluargaku yang berada di meja makan. Hanya ada Opa dan Oma saja.
"Oma, hari ini Qiyya mau pergi sama Maya," kataku meminta izin.
Namaku Qonita Taqiyya Mafaza. Orang-orang sering memanggilku dengan sebutan Qonita. Namun berbeda dengan Oma dan Opa, mereka selalu memanggilku Qiyya.
"Kemana, Sayang?" tanya Oma.
"Shopping," jawabku singkat.
"Apa tidak bosan setiap bulan kamu menghabiskan uangmu hanya untuk berbelanja." Opa menimpali obrolanku dengan Oma.
Aku salah karena berterus terang akan pergi berbelanja. Opa akan selalu menceramahiku ketika tahu aku pergi belanja. Menurutnya akan lebih baik jika aku menggunakan uangku sebaik mungkin. Padahal aku pun tidak menghabiskan semua uangku. Aku masih bisa menyisihkan uangku untuk menabung meskipun memang tidaklah besar.
"Qiyya hanya belanja kebutuhan saja, Opa. Qiyya beli baju kan untuk kerja juga. Terus paling cuma beli beberapa alat make up."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yakin Masuk Surga?
SpiritualKetika hati telah tersakiti oleh sosok laki-laki yang di anggap sebagai cinta pertama. Sulit rasanya untuk kembali menerima cinta yang lainnya. "Saya ingin bertanya satu hal. Apa di hati kamu masih ada ruang kosong untuk saya tempati?" Zidan merasak...