Bab 16

1.2K 261 44
                                    

"Menangis lah jika itu akan membuatmu lebih baik. Dan setelah itu kembali berdiri tegak menjadi sosok wanita yang kuat seperti yang orang-orang tahu."

Yakin Masuk Surga?

By:ghina_alfajri

🍁🍁🍁


Zidan mengedarkan pandangannya, mencari ke arah mana istrinya itu berlari namun indera penglihatannya tidak menangkap sosok itu.

"Istrinya lari ke sana, Mas," kata seorang pemuda yang baru saja keluar dari kafe.

"Terimakasih, Dek."

Zidan langsung berlari ke arah yang di tunjuk pemuda itu. Dan benar saja tak lama dia melihat seseorang yang sedang di carinya tengah berjalan dengan langkah pelan menyusuri jalan.

Sepertinya Qonita perlu menenangkan dirinya dan Zidan tidak ingin membuat suasana hati Qonita semakin buruk. Zidan mengikuti langkah Qonita dari belakang.

Karena mereka bukan melewati jalan utama jadi kondisi jalan tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang.

Hati Zidan pun seakan ikut merasakan sakit melihat Qonita yang sedang bersedih. Langkah wanita itu pun terlihat gontai. Zidan tahu meskipun Qonita selalu terlihat tegar namun wanita itu pun mempunyai sisi rapuh. Apalagi jika itu menyangkut orang-orang yang Qonita sayangi.

Qonita menghentikan langkahnya, terlihat dia sulit melangkahkan kaki kirinya  karena sepatu heels nya tersangkut grill saluran air. Terdengar wanita itu mendengus kesal. Melihat itu Zidan menghampiri Qonita dan berjongkok di samping wanita itu.

Qonita terperanjat karena kedatangan Zidan yang tiba-tiba. Dia sama sekali tidak menyadari dengan keberadaan Zidan yang mengikutinya entah sejak kapan.

"Biar saya bantu," kata Zidan seraya membantu menarik sepatu Qonita yang tersangkut.

Setelah berhasil melepaskannya Zidan berdiri di hadapan Qonita.

"Terimakasih." Setelah mengatakan itu Qonita kembali melangkahkan kakinya namun Zidan menahan Qonita.

"Biar saya temani kamu," ucap Zidan.

"Meskipun aku bilang tidak usah pasti Mas akan ikutin aku juga kan?"

Qonita melepaskan genggaman dari Zidan, dia kembali melanjutkan langkahnya. Saat ini dia sedang tidak ingin berdebat.

Zidan pun tetap mengikuti Qonita, dia tidak ingin kembali berbicara karena akan semakin merusak suasana. Namun Zidan semakin was-was saat Qonita berjalan mendekati danau yang berada di taman, membuat Zidan menyeimbangkan langkahnya dengan Qonita.

Qonita menghentikan langkahnya tepat di sisi danau. Zidan pun berdiri tepat di samping Qonita.

"Setiap makhluk mempunyai ajalnya masing-masing. Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun." Zidan mengawali pembicaraan dengan membacakan arti dari firman Allah tentang takdir. "Kematian adalah hal yang tidak bisa di hindari oleh siapa pun. Anak kecil, orang dewasa, orang tua semuanya akan mengalami yang namanya kematian. Kematian adalah salah satu takdir mubram, takdir yang mutlak dan tidak bisa dielakkan selain jodoh, bencana alam dan juga hari akhir. Manusia tidak memiliki kuasa untuk merubah ketentuan Allah yang ini."

Qonita melirik ke arah Zidan.

"Heh!? Takdir? Sangat tidak adil jika orang sebaik Maya ditakdirkan mati dengan cara seperti ini," ujar Qonita dengan wajah yang memerah.

Yakin Masuk Surga?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang