"Gila lo, ya? Nikah tanpa ngasih tau sahabat lo sendiri," cecar Maya, "Lo anggap gue apa, Ta? Ya ampun tega banget sih, lo." Maya mengusap bawah matanya berkali-kali seolah-olah mengusap air mata namun nyatanya dia tidaklah menangis.
"Pernikahan yang tidak diinginkan," kata Qonita seraya tersenyum getir.
"Maksud lo gimana? Lo di jodohin? Emang nikah sama siapa sih, Ta? Jangan bilang lo nikah sama Pak Rasyid? Ya elah, Ta itu kan gebetan gue," gerutu Maya.
Satu jitakan mendarat di kepala Maya. Dia dapatkan itu dari Angga. Dia lupa jika di sampingnya ada pria itu. Maya menampilkan ceringan kuda saat mendapat tatapan yang menusuk dari sang kekasih.
"Canda, Yang."
"Awas aja ya kalau ketahuan kamu main api di belakang aku."
"Gak mungkinlah, Yang."
Maya kembali menatap Qonita dengan tatapan menyelidik.
"Jawab gue! Lo nikah sama siapa? Terus kenapa lo kabur?"
"Gue ketemu sama dia satu minggu yang lalu. Mana mau gue nikah sama orang yang enggak gue kenal."
"Wah keluarga lo ekstrem juga ternyata. Mereka tega banget nikahin lo sama orang asing."
Mendengar suara bel rumah berbunyi Qonita menatap Maya dan menggenggam tangan sahabatnya itu.
"May, gue mohon bantu gue kali ini aja. Kalau di depan sana itu keluarga gue bilang sama mereka gue gak ada di sini."
"Tapi, Ta....."
"May, tolong." Qonita menatap Maya dengan tatapan sendu membuat Maya tidak tega untuk menolak permintaannya.
Maya mengangguk lalu pergi untuk membuka pintu.
Dua orang laki-laki berdiri tepat di depan pintu membuat Maya terperangah melihat mereka. Pasalnya wanita itu merasa sedang berada di hadapan dua malaikat dengan ketampanan di atas rata-rata.
"Maya!" panggil Faisal untuk ke tiga kalinya setelah salamnya tidak di jawab sama sekali oleh Maya.
"Eh, i-iya." jawab Maya dengan gugup setelah dia tersadar.
"Qonita ada?" tanya Faisal to the point.
"Ada Mas, eh maksudnya gak ada Bang," kata Maya.
Dia merutuki dirinya sendiri karena mulutnya tidak bisa di ajak kompromi. Bisa-bisanya dia kelewat jujur di saat seperti ini.
****
Qonita kembali beranjak dari tempat duduknya saat Maya kembali ke dalam rumah.
"Gimana, May?"
Maya menghentikan langkahnya. Dia tidak menjawab.
Qonita menghampiri sahabatnya itu.
"Mereka sudah pulang 'kan?"
Masih belum ada jawaban dari Maya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yakin Masuk Surga?
SpiritualKetika hati telah tersakiti oleh sosok laki-laki yang di anggap sebagai cinta pertama. Sulit rasanya untuk kembali menerima cinta yang lainnya. "Saya ingin bertanya satu hal. Apa di hati kamu masih ada ruang kosong untuk saya tempati?" Zidan merasak...