PAMIT

405 13 0
                                    

Perkuliahan aktif sudah masuk ke pertemuan belajar ke empat belas. Itu tandanya, pertemuan di Minggu itu adalah pertemuan terakhir. Hampir semua mata kuliah memberikan deadline di Minggu itu untuk pengumpulan tugas. Seluruh mahasiswa di Kampus Akademi Farmasi Jakarta sibuk dengan tugasnya masing-masing, baik tugas individu maupun tugas secara berkelompok.

Masuk ke minggu terakhir seperti itu, biasanya kampus penuh oleh mahasiswa bahkan sampai senja menjelang malam. Rental-rental komputer pun buka sampai larut malam karena banyak mahasiswa mengantri untuk mencetak hasil kerja mereka.

Senin itu, adalah awal dari minggu terakhir perkuliahan. Atmosfer kampus dengan suasana akademik begitu kental. Mahasiswa tumpah ruah di kursi-kursi taman, di teras masjid, di perpustakaan, hingga mengantri di Tata Usaha untuk mengurus administrasi atau pun konfirmasi pembayaran kuliah.

Syarat untuk dapat mengikuti Ujian Akhir Semester adalah memiliki kartu peserta ujian. Sedangkan syarat untuk mendapatkan kartu ujian adalah melunasi segala tunggakan biaya kuliah pada semester yang tengah berlangsung.

Biasanya, sebelum melakukan pembayaran, mahasiswa mendatangi bagian keuangan kampus untuk menanyakan berapa total tunggakan yang harus dibayarkan, sekaligus mengambil slip pembayaran yang akan digunakan saat pergi ke bank. Tunggakan itu bisa jadi terdiri atas tunggakan biaya operasional perkuliahan semester (BOP), dan juga biaya SKS yang diakumulasikan sesuai dengan jumlah SKS yang diambil pada semester tersebut.

Di semester ke tujuh ini, Ana mengambil 10 mata kuliah yang masing-masing terdiri atas 2 SKS. Kecuali mata kuliah Kimia Medisinal yang memiliki bobot 3 SKS, sehingga total SKS yang diikutinya selama semester tujuh adalah 21 SKS. Biaya per SKS yang perlu dibayarkan di Kampus Akademi Farmasi Jakarta adalah 100 Ribu. Jadi, biaya SKS yang harus dibayar oleh Ana adalah 2,1 juta, ditambah dengan biaya semester 3,5 juta. Perkiraan biaya yang harus dikeluarkan oleh Ana di ujung semester ketujuh tidak kurang dari 5,6 juta.

Di depan loket bagian keuangan kampus, Ana mengantre bersama mahasiswa lainnya. Terhitung ada enam mahasiswa lagi yang lebih dulu berdiri di depannya. Di penghujung semester seperti ini pemandangan antrian mahasiswa di gedung sekretariat kampus memang sudah menjadi rutinitas.

Bagian keuangan kampus memiliki 4 loket, dengan masing-masing staf yang siap menerima kedatangan mahasiswa untuk melakukan registrasi pembayaran, atau pun sekedar menanyakan besaran biaya yang perlu dilunasi. Satu demi satu mahasiswa di depan Ana mulai mendapatkan bagiannya untuk mendatangi loket tersebut.

Tibalah saat Ana mendapat giliran, tepat pada loket dengan stiker nomor dua di depan kacanya.

"Mbak, saya mau melihat besaran biaya yang harus dibayar dulu gak apa-apa ya untuk ditunjukkan ke orang tua?" ucap Ana.

"Nama dan Nomor Induk Mahasiswa?" tanya petugas keuangan kampus dari balik loket.

"Ana Renata, 1105089901."

"Mba Ana, semua tunggakan perkuliahan semester ini sudah lunas. Kartu ujiannya sudah dapat diambil di bagian kemahasiswaan."

Ana kaget terheran. Setahu dia, Ibunya belum siap secara finansial untuk melunasi segala tunggakan perkuliahan semester gasal itu tepat waktu karena kiriman uang dari ayahnya belum mencukupi. Baru saja dia berencana untuk kembali meminta dispensasi beberapa Minggu agar dapat mengikuti ujian sesuai jadwal.

"Maksudnya sudah lunas, Mba?"

"Ya sudah lunas, Mba. Tidak ada tunggakan lagi. Biaya perkuliahan semester ini sudah dibayarkan semuanya." ucap staf itu sambil memberikan selembar kertas berisi rincian keuangan.

Ana mengernyitkan dahi. Rasa bingung dan heran menyelimuti pikirannya saat melihat saldo hutang di selebaran putih itu menunjukkan nominal tagihan berjumlah nol rupiah.

FARMAKOLOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang