SABTU CERIA

412 11 1
                                    

Sabtu pagi itu, dari Kota Hujan Bogor, Rendra menancapkan gas mobilnya dalam-dalam menuju kampus Akademi Farmasi di Klender Jakarta Timur. Setiap Senin, Rabu, dan Sabtu, dia nampak selalu bersemangat mengajar di kampus itu. Tak lain tak bukan, salah satu yang membuatnya bersemangat adalah hadirnya seorang Ana. Walaupun selama di kampus dia harus tetap bersikap biasa sebagaimana seorang dosen pada umumnya, tetapi paling tidak dia sudah merasa senang ketika dapat melihat wajah Ana yang menyejukkan hatinya.

Dari perumahan Bogor Nirwana Residence, Kota Bogor selalu terlihat lebih ramai saat Sabtu pagi tiba. Setelah melewati tugu kujang lambang kebanggaan masyarakat Bogor, Rendra pun membelokkan stir mobilnya ke arah kiri untuk masuk ke akses tol Jagorawi. Jika kondisi lalu lintas lancar seperti hari sabtu, menuju Klender dari Gerbang Tol Jagorawi cukup memerlukan waktu 45 menit saja. Namun jika Rendra mengebut sedikit saja dengan mobil SUV Pajero Sport hitam itu, jarak dan waktu bisa dipangkas lebih singkat lagi.

Di perjalanan menuju kampus, Rendra ditemani alunan musik dari grup-grup musik terkemuka. Selera musiknya cukup tinggi dan beragam, mulai dari yang santai mendayu-dayu, sampai musik rock sekalipun. Secara random terdengar lagu-lagu diputar dalam mobilnya dari penyanyi-penyanyi dan grup musik kondang dalam dan luar negeri.

Rendra tidak sabar untuk segera sampai di kampus. Sejak pembicaraannya via telepon dengan Ana tempo hari, dia belum lagi bertemu dan melihat Ana secara langsung. Sabtu itu, menjadi Sabtu yang ceria bagi Rendra. Dia pun tidak tahu seperti apa yang akan terjadi pada diri dan hatinya ketika nanti mereka bertemu.

Rendra tahu betul bahwa hari ini Ana akan pulang dulu ke rumahnya di Tangerang. Mengingat hal itu, Rendra merencanakan sesuatu. Rencana yang dia harap menjadi titik balik dari semuanya. Titik balik dari segala macam perasaan yang dia rasakan selama mengenal Ana. Dalam hati dia terus berdoa agar niatnya itu diberikan kelancaran. Mobil yang dikendarainya itu pun melaju cepat membelah Tol Jagorawi, melewati Bogor-Jakarta. Tepat Pukul 7.45, dia pun sampai di kampus. Lima belas menit sebelum perkuliahan dimulai.

Setibanya waktu kuliah, Rendra pun seperti biasa mengisi dahulu daftar hadir dosen dan mencari map daftar hadir mahasiswa. Setelah mengambil spidol yang telah dipersiapkan pihak akademik di ruang dosen, dia pun keluar ruangan untuk menuju ke kelas belajar yang berada di lantai 5. Saat berjalan kaki menuju lift di pojok gedung kuliah, Rendra menengok ke kiri dan ke kanan. Dia mencari Ana yang siapa tahu kebetulan sedang lewat. Meskipun dia tidak bisa sembarangan mendatangi Ana dan menegur sapanya, Rendra merasa dengan melihat saja sudah cukup.

Tetapi, pagi itu Rendra kurang beruntung. Ana telah lebih dulu masuk ke kelas yang berada di lantai dua. Tiga lantai lebih bawah dari tempat Rendra mengajar. Rendra menghela napas. Tersenyum sendiri.

Selain mengajar mata kuliah Kimia Medisinal di semester tujuh, Rendra juga mengajar mata kuliah Farmakologi Dasar di semester lima. Di manapun dia mengajar, mahasiswa selalu terbuka dan merasa senang. Karena selain sebagai seorang lelaki muda dan berpenampilan menarik, dia juga lembut dalam bertutur kata dan ramah. Belum pernah sekalipun mahasiswanya melihat Rendra dalam kondisi marah sebagaimana dosen killer saat para mahasiswa melakukan kesalahan.

Jika ada mahasiswa yang melakukan kesalahan, seperti telat mengumpulkan tugas. Rendra tidak memilih untuk marah. Dia lebih suka menasihati mahasiswa itu secara preventif dan persuasif. Baginya, kemarahan bukan solusi untuk menasihati mahasiswa zaman sekarang. Anak-anak zaman sekarang harus didekati dari hati ke hati agar tersentuh dan mau mendengarkan nasihat orang lain.

Setibanya dia di lantai lima, Rendra keluar dari lift dan berjalan menuju ruangan 506 tempat mahasiswa semester lima berada. Sorot matahari pagi menyinari tubunya yang bersebelahan langsung dengan kaca gedung. Rendra berjalan di antara ruang-ruang kelas di sebelah kanannya, dan kaca gedung di sebelah kirinya. Beberapa langkah kemudian, dia pun sampai di tempat yang dia tuju untuk mengajar.

FARMAKOLOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang