Komitmennya menunggu Rendra sampai pulang kembali ke Indonesia, membuat segala aktivitas Ana di kampus kian menyenangkan dan disemangatkan. Hari-hari Ana menjadi indah, cahaya-cahaya kebahagiaan terus menyinari gadis itu siang dan malam. Seperti itulah memang kondisi orang yang tengah jatuh cinta. Tempat terbusuk di dunia pun menjadi taman, panas menjadi sejuk, dingin menjadi hangat. Dan kedukaan, hilang menjadi kesukaan.
Semenjak kepergian Rendra ke MIT Boston, Ana tidak berani sekalipun menghubunginya. Entah itu dengan telepon, maupun dengan Whatsapp. Dia takut justru nanti malah akan mengganggu konsentrasinya dalam menyelesaikan studi di negeri Paman Sam itu. Ana hanya menunggu.
Begitulah Ana. Bahkan saat Rendra masih di Indonesia pun, tidak pernah Ana menghubunginya pertama kali kecuali urusan perkuliahan. Pasti segala macam perbincangan pribadi melalui ponsel diawali oleh Rendra. Ana segan, takut mengganggu, takut sedang sibuk, takut sedang rapat. Biarlah Ana sendiri yang bersabar menunggu kabar. Menunggu walau merindu. Semakin hari, dia semakin akrab dengan rindu. Rindu itu kemudian terus melekat menemani hari-harinya, ke mana pun dia pergi. Persis seperti sahabat dekat. Tapi, memang, sahabat yang paling tidak menyenangkan adalah rindu. Meski begitu, Ana menahan diri dan bersabar.
Pesan Whatsapp dari Rendra yang terakhir adalah saat dia baru saja mendarat di Bandara Internasional Logan, Amerika Serikat. Itu sudah hampir satu setengah bulan yang lalu, diiringi dengan beberapa kali panggilan tidak terjawab darinya. Ana tidak sempat membalas langsung pesan itu karena sedang mengikuti ujian akhir semester. Sejak saat itu, tidak pernah masuk lagi pesan apapun dari Rendra. Ana kemudian hanya menunggu pesan selanjutnya dan telepon selanjutnya tanpa pernah berani mencoba berinisiatif menghubungi duluan.
Ana paham bahwa perbedaan waktu yang terjadi selama 12 jam antara Indonesia dan Amerika menjadi penyebab komunikasi mereka berjalan tidak lancar. Saat Rendra beraktivitas, Ana sedang istirahat malam. Pun sebaliknya. Meskipun begitu, Ana percaya bahwa kepergian Rendra hanya untuk kembali lagi pada hatinya. Dia tetap menunggu dengan setia. Menungu kepulangan lelaki yang sudah berjanji untuk menjemputnya masuk ke pelabuhan hati yang indah di teluk kerinduan terdalam.
Apalah arti waktu dua bulan dibandingkan dengan kebahagiaan hakiki yang akan dia dapatkan di waktu berikutnya. Bayangan-bayangan keindahan selalu menyelimuti pikirannya dari hari ke hari. Tidak sempat bagi Ana untuk berpikir negatif tentang Rendra yang tengah jauh di sana.
Ditambah dengan kesibukannya kuliah dan mempersiapkan proposal skripsi, seakan-akan waktu menunggu Rendra terpangkas sedikit demi sedikit, tidak terasa. Ana sendiri sudah pasti memiliki kesibukan di kehidupannya. Kesibukan mereka masing-masing merupakan senjata efektif yang paling ampuh mengusir kerinduan yang melanda berhari-hari. Cuma kenyataannya, belum ada kabar lagi dari Rendra.
Perkuliahan semester 8 tidak lama lagi akan dimulai. Ana mencurahkan segenap pikirannya untuk fokus menghadapi program skripsi. Sudah lama dia mencari-cari penelitian yang menarik untuk dijadikan tema skripsinya. Tema itu menjadi penting karena proposal skripsi harus segera dibuat kalau ingin menyelesaikan pendidikan sarjana tepat waktu, delapan semester. Proposal skripsi harus dipresentasikan untuk menguji kelayakan apakah suatu penelitian boleh dilanjutkan atau tidak. Persiapan pembuatan proposal itu membuat Ana harus membawa-bawa laptopnya ke mana pun ia pergi.
Pagi itu, Ana pergi dari rumah untuk menuju ke kampus. Meskipun libur semester tengah berjalan, tapi segala aktivitas akademik seperti kantor-kantor kampus, sekretariat, dan perpustakaan masih aktif menerima mahasiswa yang mau datang.
Ana berniat untuk mengunjungi perpustakaan, melihat-lihat skripsi para senior yang telah lulus sebelumnya. Skripsi-skripsi itu diharapkan dapat memberinya inspirasi dalam membuat proposal. Tidak lupa, dia juga membawa laptop kecilnya, hasil pemberian ayahnya saat awal masuk kuliah di semester pertama dulu. Ana tidak mampir ke tempat kosnya hari itu, karena setelah selesai di perpustakaan dia akan langsung kembali lagi ke rumahnya di Tangerang.

KAMU SEDANG MEMBACA
FARMAKOLOVA
RomancePada akhirnya Ana harus menunggu pujaan hatinya pergi ke negeri orang untuk melakukan penelitian guna menemukan obat kanker. Tetapi, lelaki itu lantas menghilang tanpa kabar. Janji Ana pada pertemuan terakhir membuatnya terbelenggu, akan menunggu...