Di malam yang telah ditentukan, selepas shalat Isya, masjid di dekat kediaman keluarga Pak Zainal masih diramaikan oleh saudara, kerabat dekat, dan tetangga-tetangga keluarga Pak Zainal yang mempersiapkan acara akad nikah antara Ana dan Rendra. Karpet-karpet terbaik digelar. Meja untuk penghulu menuntun kedua mempelai mengucap ikrar disiapkan di tengah ruangan masjid. Hijab antara tamu laki-laki dan tamu perempuan dipasangkan. Pengeras suara telah berkali-kali dicek oleh petugas yang sengaja disewa untuk mempersiapkan alat-alat pengeras suara yang sederhana, yang penting proses akad dapat terdengar oleh hadirin yang datang.
Kedua keluarga sepakat terlebih dulu mengadakan acara akad nikah, sambil menunggu persiapan untuk resepsi yang rencananya akan diadakan beberapa minggu setelah akad malam itu. Bagi Ana dan Rendra, prosesi akad sudah cukup untuk melengkapi hasrat cinta dan kerinduan yang telah lama mereka tunggu-tunggu. Resepsi dan pesta hanyalah pelengkap, bukan unsur primer yang harus segera diada-adakan. Lagipula, memang resepsi pernikahan bukanlah kewajiban. Rukun nikah hanya terdiri atas lima unsur: Mempelai pria, mempelai wanita, wali wanita, dua orang saksi, dan Ijab qabul dengan menggunakan mas kawin dalam bentuk yang baik dan disepakati kedua pihak keluarga. Sedangkan resepsi nikah? Tidak ada disebutkan dalam syarat rukun nikah dalam Islam.
Ana sedang mempersiapkan dirinya di kamar bersama seorang perias pengantin. Balutan pakaian pengantin berwarna putih dengan kerudung syar'i semakin membuat anggun dara yang sesaat lagi mengubah statusnya itu. Polesan make up yang sengaja dibuat tidak terlalu tebal dan lebih natural itu membuat Ana bak bidadari yang hendak menyambut seorang lelaki mujahid masuk ke surga hatinya, ke surga cintanya.
Rombongan Rendra dan keluarga terdekatnya sedang di perjalanan menuju Tangerang. Persiapan di masjid sudah dimaksimalkan. Penghulu sudah sampai di kediaman Pak Zainal dan disambut dengan perbincangan dan suguhan hangat oleh Pak Zainal beserta tokoh-tokoh masyarakat setempat.
Waktu dan detik pun terus berjalan. Keluarga dan mempelai wanita telah selesai mempersiapkan diri. Bu Yani dan Ana menunggu di dalam kamar pengantin, di rumah mereka yang memang tidak jauh jaraknya dari masjid. Pak Zainal dan kerabat dekat menunggu kedatangan calon mempelai pria di halaman masjid. Penghulu telah dituntun masuk terlebih dulu ke panggung akad yang sudah disiapkan.
"Besan datang, besan datang...!" Teriak salah seorang tetangga yang melihat iring-iringan mobil memasuki gerbang masjid.
Semua orang mempersiapkan diri. Para tetangga dan kerabat yang tadi dalam posisi duduk kemudian berdiri menyambut kedatangan calon pengantin pria itu. Iring-iringan mempelai pria itu pun sampai di gerbang depan masjid, masuk ke halaman dan masing-masing menghentikan mobilnya di area parkir yang telah ditunggu oleh petugas keamanan setempat. Sesaat kemudian, rombongan yang datang itu pun keluar dari mobil masing-masing. Ada lima mobil yang datang, salah satunya adalah mobil milik Rendra, sang mempelai pengantin pria.
Bu Sarah, Ibu Rendra turun terlebih dulu dari mobil Pajero Sport hitam yang biasa digunakan oleh Rendra. Tapi bukan Rendra yang membawanya saat itu, seorang sopir keluarga pun sigap segera keluar membukakan pintu tempat Rendra akan turun dari mobil.
Rendra turun dari mobil didampingi Ibu dan Ayahnya, Bu Sarah dan Pak Yusuf. Namun ada yang aneh dengan raut wajah yang ditunjukkan oleh Rendra. Meskipun senyumnya tetap dikeluarkan seperti biasa, tampak ada hal yang tengah mengganggu jalan pikirannya. Sorot matanya hampa, seperti sedang memikirkan sesuatu. Padahal, malam itu adalah malam yang paling dia tunggu-tunggu.
Sejak turun dari mobil, tidak banyak kata yang keluar dari mulut Rendra. Dia hanya mencoba untuk tersenyum sambil memberikan salam jabat tangan kepada hadirin yang telah menyambutnya di halaman masjid.
Keluarga Pak Zainal termasuk Ana telah menunggu di dalam, di hadapan penghulu. Ana yang sangat anggun dan cantik malam itu menunggu di baris kedua saf yang disiapkan untuk keluarga. Dia didampingi oleh Ibu dan Ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FARMAKOLOVA
RomancePada akhirnya Ana harus menunggu pujaan hatinya pergi ke negeri orang untuk melakukan penelitian guna menemukan obat kanker. Tetapi, lelaki itu lantas menghilang tanpa kabar. Janji Ana pada pertemuan terakhir membuatnya terbelenggu, akan menunggu...