ILMUWAN INDONESIA

343 12 0
                                    

Jika di Indonesia, Yogyakarta dikenal dengan istilah Kota Pelajar, maka Amerika Serikat pun memiliki kota dengan julukan yang sama juga, "Kota Pelajar", yaitu Kota Boston. Boston adalah salah satu kota tertua dan terkaya di Negeri Paman Sam. Kota ini memiliki beberapa nama julukan seperti "Beantown", "The Hub", dan "Atena Amerika".

Disebut sebagai Kota Pelajar karena di sana terdapat beberapa universitas terbaik dan mahsyur di seantero dunia. Ada Universitas Harvard; Universitas Boston; Universitas Tufts; Northeastern University; dan tentu saja tempat Rendra menempuh pendidikan doktornya, Massachussets Institute of Technology atau sering dikenal MIT.

Selama di Boston, Rendra tinggal di sebuah apartemen sewa yang berada tepat di tengah keramaian kota. Di seberang apartemen itu terdapat sebuah taman yang bernama Boston Common yang secara fisik hampir mirip dengan Hyde Park atau Kensington Garden yang ada di Kota London. Taman tersebut adalah taman tertua yang didirikan di Amerika Serikat pada tahun 1634 oleh kaum reformis gereja Katolik, atau disebut Kaum Protestan. Pada waktu-waktu berikutnya, kaum-kaum itu disebut dengan Kaum Puritan.

Jalanan di taman Boston Common ini berbukit-bukit, yang jika seseorang berdiri di atas jalan bukit tertinggi, maka dapat melihat pemandangan gedung-gedung pencakar langitnya Kota Boston.

Tidak jauh dari Taman Boston Common, ada Copley Square. Di sana, biasanya mata seseorang langsung tertuju pada gereja Trinity Church. Gereja megah tersebut bergaya Romanesque yang menggabungkan fitur dari bangunan Romawi Barat dan Bizantium. Gaya Romanesque ini dikenal dengan kualitasnya yang besar nan mewah, dinding tebal, lengkungan-lengkungan bundar, dermaga kokoh, kubah eksotis, menara yang besar, dan arcading yang dekoratif. Tiap-tiap detil dari bangunan memiliki bentuk yang tegas dan teratur. Di dalam Trinity Church ini terdapat stain glass dengan ilustrasi-ilustrasi khas gereja yang sangat memukau.

Di depan Trinity Church ada pusat ilmu pengetahuan Kota Boston, yaitu Perpustakaan Kota dengan nama Boston Public Library. Tidak jauh modelnya dengan Trinity Church, perpustakaan mahamegah ini pun dibangun dengan gaya arsitektur Romanseque. Perpustakaan ini lah yang sangat sering dikunjungi oleh para mahasiswa MIT, Harvard, maupun dari universitas lainnya untuk mencari referensi dan jejak-jejak ilmu pengetahuan yang tersebar di seluruh dunia.

Di perpustakaan itu, terdapat dua patung karya Bela Praat, di sebelah kiri dan kanan pintu masuk. Dua patung itu melambangkan dua jenis ilmu pengetahuan, yaitu seni dan sains. Patung sebelah kiri adalah sesosok wanita berjubah menggunakan kerudung sambil memegang bola pelambang sains. Di tempat duduk patung itu terpahat nama-nama ilmuwan ternama seperti Newton, Pasteur, Franklin, Morse, dan lain-lain.

Patung sebelah kanan juga patung sesosok wanita berjubah tapi tanpa kerudung dengan rambut terurai memegang alat pahat dan papan lukis. Di singgasana tempat duduknya tertulis nama seniman seperti Michaelangelo, Raphael, Rembrandt, Donatello, dan lain-lain. Saat masuk ke dalam perpustakaan, pengunjung langsung disuguhi staircase, sebuah tangga menuju pintu masuk utama yang mewah dan elegan, serta patung singa yang duduk siaga seolah tengah menjaga gerbang itu. Bagi yang baru pertama berkunjung, mungkin orang-orang akan lebih mengira bahwa bangunan tersebut adalah gedung opera atau istana Versailes karena ornamen-ornamennya yang sangat megah ala Eropa abad pertengahan.

Di kesibukannya mengerjakan disertasi, Rendra sering sekali mengunjungi perpustakaan megah di jantung Kota Boston tersebut. Sekedar untuk membaca-baca referensi penguat, sampai membaca selingan buku-buku fiksi sebagai refleksi setelah seharian suntuk memelototi rumus-rumus kimia yang sudah diuji selama ratusan tahun, dan sudah memberikan manfaatnya bagi kehidupan umat manusia di seluruh dunia.

Biasanya, saat mengunjungi Public Lybrary, Rendra duduk-duduk di Bates Reading Room. Itu adalah ruang membaca dengan arsitektur yang indah dan mengandung nilai artistik yang sangat tinggi. Pada masing-masing meja di ruangan baca itu, terdapat lampu-lampu berwarna hijau untuk mempetegas buku-buku yang tengah dibaca. Di setiap sudut ruangan baca itu, terdapat patung-patung tokoh dunia setengah badan berwarna putih, yang jika tidak berjalan dengan hati-hati, maka bisa saja seseorang menyenggol dan menjatuhkan patung tersebut.

FARMAKOLOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang