Sekali lagi, dua alasan mengapa Rendra tidak melakukan uji coba penelitian hasil disertasinya di Indonesia. Karena tidak mendapat dukungan penuh, dan karena dia sudah tidak percaya pada birokrasi di negaranya. Hanya kecewa yang dia terima saat terakhir hasil penelitiannya secara susah payah disalahgunakan dan dikomersialisasikan secara berlebihan, bahkan tanpa sepengetahuan dirinya.
Selepas menyelesaikan pendidikan S2, Rendra aktif bekerja pada suatu institusi besar obat-obatan Indonesia, di bawah naungan sebuah asosiasi farmasi nasional yang bertanggung jawab atas segala macam penciptaan dan pendistribusian obat-obatan medis yang dibuat oleh para farmasis di seluruh Indonesia.
Satu waktu, Rendra sebagai kepala peneliti dan beberapa anggota tim dikirim untuk bekerja sama dengan para peneliti di salah satu universitas di Inggris, University of Warmick. Di sana, mereka menciptakan sebuah plester ibuprofen yang dapat digunakan sebagai penahan rasa sakit bagi para pasien penderita kanker, penderita kronis sakit punggung, neuralgia, dan artritis, serta pasien yang alergi obat-obatan penahan rasa sakit yang bersifat oral.
Para peneliti itu memanfaatkan teknologi polimer yang dikembangkan suatu perusahaan perekat. Intinya, penelitian yang dilakukan Rendra dan tim adalah penelitian berskala besar dan melibatkan banyak pihak. Pada akhirnya, hasil penelitian ini mengembangkan produk plester obat penahan rasa sakit bernama Fentanyl Patch. Penelitian dan ujicoba dilakukan selama enam bulan sampai para tim kembali ke Indonesia.
Di Indonesia, hasil penelitian tersebut kemudian diserahkan kepada perusahaan dengan pemantauan dari asosiasi agar distribusi obat-obatan merata ke seluruh pelosok negeri dan dapat diperoleh dengan mudah. Sayangnya, apa yang ditakutkan Rendra terjadi. Komersialisasi dan pengambilan keuntungan yang berlebihan dari para pemegang bisnis farmasi terjadi. Hal itu lah yang sudah Rendra wanti-wanti sejak awal penyerahan blue print hasil penelitiannya. Fentanyl Patch dijual dengan harga yang menurut Rendra terlalu mahal, bahkan hanya bisa dibeli oleh orang-orang dengan tingkat ekonomi yang tinggi. Mengetahui masalah tersebut, Rendra menjadi gusar. Setengah hati pula akhirnya dia kerjakan proses produksi obat hasil penelitian tersebut.
Satu bulan setelah distribusi prodak Fentanyl Patch dalam skala nasional, Rendra mendapat panggilan dari asosiasi dalam sebuah rapat forum. Kebetulah sekali, dia pun memang sudah mempersiapkan berbagai macam interupsi terkait hasil produksi dan distribusi produk tersebut.
Pada hari yang telah ditentukan, tepat pukul delapan pagi, Rendra sebagai ketua tim peneliti mewakili seluruh anggotanya telah duduk di tengah ruang evaluasi yang dihadiri oleh seluruh petinggi-petinggi perusahaan dan petinggi asosiasi. Di sebuah ruangan serba putih dan pasti steril itu, Rendra duduk dikelilingi oleh orang-orang yang meminta pertanggungjawaban dan evaluasi hasil penelitiannya bersama tim selama di Inggris beberapa waktu sebelumnya.
Rapat evaluasi pun dimulai. Rendra duduk di tengah-tengah dengan kursi dan meja lengkap dengan berkas-berkas hasil penelitian, logbook penelitian, laporan penggunaan anggaran, dan sampel produk penelitian. Tepat di meja tiap-tiap peserta forum, terdapat mikrofon yang lehernya bisa digerak-gerakkan secara fleksibel sesuai kebutuhan penggunanya masing-masing.
Di ruang rapat yang cukup luas itu, para peserta duduk membentuk huruf U. Rendra, sebagai orang yang menjadi sorotan, seperti titik di tengah huruf U tersebut, menghadap dua tokoh yang merupakan petinggi di forum itu.
Salah seorang lelaki berumur 50-an membuka rapat. Perawakannya tambun dengan kulit hitam dan kepala pelontos.
"Selamat pagi, Saudara Ketua Peneliti, Muhammad Rendra!" sapa lelaki tambun itu. Sesorang yang baru saja bicara itu adalah presiden direktur perusahaan tempat Rendra bekerja. Gayanya dalam mengucap salam santai tapi penuh gaya kepongahan. Menganggap orang yang tengah dievaluasi adalah tersangka kejahatan yang siap menerima vonis apa pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
FARMAKOLOVA
RomansaPada akhirnya Ana harus menunggu pujaan hatinya pergi ke negeri orang untuk melakukan penelitian guna menemukan obat kanker. Tetapi, lelaki itu lantas menghilang tanpa kabar. Janji Ana pada pertemuan terakhir membuatnya terbelenggu, akan menunggu...