Pada akhirnya, takdir juga yang menjawab semua teka-teki masa depan pelabuhan cinta yang bermuara di hati Ana. Bersatunya Ana dan Azhar sebagai sepasang suami istri sah secara hukum dan agama, tentu tidak lepas dari peran takdir. Allah lah Dzat yang Maha Mulia dan Maha Kuasa atas segala yang terjadi di dunia ini, yang mengizinkan takdir itu berjalan sebagaimana mestinya, berjalan memenuhi relung-relung waktu yang terus pergi tanpa pernah kembali. Kita, hanya tokoh yang memerankan satu dari miliyaran takdir yang Allah ciptakan.
Dan takdir itu sendiri, sudah digariskan dalam urat-urat daun kehidupan manusia. Daun-daun kehidupan itu, walaupun tumbuh sendiri-sendiri, tapi disatukan oleh ranting-ranting dunia sehingga saling terhubung satu dengan yang lainnya.
Jadi, walaupun setiap manusia memiliki takdir mereka masing-masing, tapi takdir itu juga berkaitan dengan manusia yang lain. Takdir seseorang yang menjadi petani bayam di suatu pelosok desa jauh di pegunungan, sudah digariskan oleh takdir Allah agar hasil taninya itu dapat dinikmati oleh para pekerja yang tengah beristirahat di kawasan industri tengah kota. Dan para pekerja tersebut, juga telah ditakdirkan oleh Allah agar tergerak hatinya untuk makan di sebuah kedai makanan kecil milik seorang perantau dari luar kota. Lalu perantau itu, sebelumnya telah digerakkan hatinya oleh takdir Allah agar mau merantau ke kota besar guna bisa menyekolahkan anak-anaknya di kampung. Kebetulan, menu yang disiapkannya hari itu salah satunya adalah sayur bayam, yang bayamnya dibeli dari seorang pedagang yang subuh-subuh sekali telah mengangkut bayam yang diborongnya dari seorang petani di pegunungan tadi.
Begitulah cara kerja takdir. Takdir menjadikan sistem kehidupan manusia begitu holistik dan sulit ditebak. Sungguh perlu sang peskenario terbesar untuk mengatur takdir yang begitu rumit. Hanya Allah yang dapat melakukan itu, Dia Yang Maha Perkasa, dan Maha Mengetahui. Tidak ada satu daun pun yang jatuh dari pohonnya tanpa diketahui oleh Allah, tanpa dituliskan dalam takdir yang telah ditentukan sebelumnya.
Seperti itu juga kerja takdir saat menyatukan Ana dan Azhar. Di saat-saat terakhir pernikahan Ana dan Rendra, Allah menggerakkan hati Rendra yang tinggal selangkah lagi secara sah menjadi suami Ana. Cara kerja takdir dalam menyatukan dua insan yang sebenarnya berjodoh selalu unik, selalu di luar dugaan. Hal itu mungkin juga tidak lepas pula dari munajat dan doa yang dipanjatkan oleh Azhar, beberapa hari sebelum pernikahan Ana dan Rendra digelar. Rupanya munajat itulah yang menjadi jalan baginya memantapkan hati untuk hadir sebagi saksi pernikahan tersebut. Kemantapan hati, dan keikhlasan untuk melepas orang yang dicintai itu, berujung pada kuasa Allah yang membalikkan hati Rendra sehingga mau mengikhlaskan Ana untuk bersanding dengan Azhar.
Jika kita boleh berandai-andai. Bisa saja Rendra melanjutkan pernikahannya dengan Ana dan hidup berbahagia manakala Azhar tidak bersedia sebagai saksi. Atau, paling tidak dia mengurungkan niatnya untuk hadir walaupun sudah menyatakan siap. Tentu hal itu tidak akan membuat Rendra gamang dan membuat keputusan yang sebenarnya sulit untuk dia tapaki.
Kedekatan Ana dan Rendra, serta komitmen mereka untuk saling setia hingga pernikahan mereka pun tiba, tidak menyurutkan langkah takdir dalam menyatukan Ana dan jodoh sejatinya. Urat-urat daun takdir Ana lah yang telah membuat seorang penjambret merampas tas yang akhirnya mempertemukan dia dengan Azhar. Takdir Azhar juga, yang mengharuskannya pindah kerja ke Tangerang dan berlalu-lalang di kawasan itu hingga pertemuannya dengan Ana pun terjadi.
Mungkin Azhar bisa saja mati meregang nyawa saat menghadapi penjambret yang memegang senjata tajam dulu itu. Tapi, Allah telah menentukan jalan hidupnya untuk mempelajari dulu seni bela diri sewaktu ia kecil. Rupanya, keputusan mengikuti latihan bela diri tradisional sejak kecil itu lah yang membuat dia berani menolong Ana dari kejahatan penjambret yang terjadi di depan matanya, belasan tahun kemudian. Tak diduga, pertemuan mereka pertama itu adalah gerbang awal takdir menemukan jalannya. Dan memang harus demikian, mereka harus berjodoh.
Bahkan, bila kita lihat ke belakang lagi, tidak mungkin Azhar bertemu dengan Ana jika seandainya ia tidak menolong Pak Reza yang sedang bingung dengan kerusakan laptopnya di sebuah warung indomie. Lebih jauh, kerendahan hati dan kebaikan Azhar lah sebelumnya yang mau menunggu bus untuk seorang nenek sehingga harus tertinggal sesi wawancara kerja, hingga menggiringnya untuk bertemu Pak Reza dan mendapat pekerjaan yang tetap. Takdir Pak Reza telah menuntun takdir Azhar agar mau menerima pekerjaan di Bekasi, dan kemudian pindah ke Tangerang.
Terstruktur, sungguh terstruktur cara kerja takdir itu. Suatu peristiwa selalu bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa yang lain. Mereka berhubungan seperti mata rantai yang saling mengikat kuat.
Yang jelas, Ana dan Azhar telah memulai hidup bahagia. Meskipun dalam hati terdalamnya masih terukir nama Rendra, Ana mampu bersikap adil memposisikan perasaannya. Dia tidak mau melukai hati Azhar, dia pendam jauh-jauh nama Rendra dalam samudera hatinya, walaupun tidak akan pernah bisa terhapus.
Mereka berdua mulai menjalani kehidupan suami istri sebagaimana mestinya. Mencoba menyatukan visi yang sebelumnya berbeda. Dan Itulah awal cerita tentang mimpi-mimpi mereka, tentang kerinduan dan cinta, tentang ketakjuban karena perbedaan pikiran, sekaligus kesadaran tentang kesamaan keinginan.
Mereka pun saling berjanji untuk terus menyatukan dua hati mereka dalam satu bahtera, agar segala perbedaan tetap berbeda, tapi menjadi serasi. Agar apa yang kosong pada masing-masing mereka dapat saling terisi dengan sempurna. Agar segala harapan dapat diwujudkan berdua.
Ana dengan segala kelembutannya, terus berusaha menjadi istri yang melayani suaminya dengan segenap cinta dan kasih sayang. Azhar dengan segala semangat dan kerja kerasnya, terus berusaha memberikan yang terbaik untuk istrinya. Dan begitulah cinta. Ketika belaian tangan cinta telah menyentuh jiwa, bengisnya tentara persia dan tajamnya Pedang Kaisar Romawi tidak akan sanggup melawannya. Cinta akan membuat orang yang mengecapnya menjadi kuat dan perkasa seperti Khalid bin Walid. Akan cerdik dan cerdas seperti Raden Wijaya Sang Prabu Majapahit yang memperdaya pasukan Mongol nan tangguh. Tapi hati dan jiwanya akan tetap lembut, selembut angin gunung yang menghadirkan kesejukan.
Selepas pernikahan itu, Ana ikut kemana pun Azhar mengajaknya pergi dan tinggal. Mereka memutuskan untuk tinggal di sebuah rumah kontrakan yang berada tidak terlalu jauh dari tempat Azhar bekerja. Kamar mes yang telah menjadi tempat bernaung Azhar pun ditinggalkan, guna mencari tempat yang lebih layak untuk memulai kehidupan yang baru bersama Ana.
***
Lalu, apa sebenarnya yang terjadi kepada Rendra?
KAMU SEDANG MEMBACA
FARMAKOLOVA
RomancePada akhirnya Ana harus menunggu pujaan hatinya pergi ke negeri orang untuk melakukan penelitian guna menemukan obat kanker. Tetapi, lelaki itu lantas menghilang tanpa kabar. Janji Ana pada pertemuan terakhir membuatnya terbelenggu, akan menunggu...