21

1.2K 147 0
                                    

"Akh!" Yuna memekik ketika beberapa paku kecil menancap di kakinya.

"Sial! Aku benar-benar tidak tahan lagi!"

Yuna duduk di bangku taman belakang sekolah. Memperhatikan sepatu yang bagian belakangnya di tancapi paku.

"Yuna?"

Sean mendekati Yuna yang masih bertahan dengan ekspresi kesakitannya.

"Astaga Kakimu!" Sean berlutut memeriksa kaki Yuna yang berdarah.

"Yuna, ini pasti sakit."

Sean melepas kaos kaki hitam panjang di kaki jenjang Yuna. Jujur, Sean sedikit terpukau dengan kakinya yang putih bersih.

"Ekhem, kebetulan aku baru saja membeli peralatan P3K, guna mengisi stok UKS. Kurasa ini situasi yang tepat untuk memakainya."

Sean seorang PMR, jadi dia sangat teliti dan telaten dalan mengobati luka Yuna.

"Sshhh.. sakit." Yuna berkaca-kaca. Bagaimanapun itu sakit.

Astaga, rasa perih menyerbu begitu alkohol meresap ke daging kaki Yuna.

"Tahanlah sebentar."

Sean walaupun tak tega ia berusaha mempercepatnya agar tak terlalu sakit.

"Nah sudah!" Yuna menatap kakinya yang sudah di perban.

"Terimakasih Sean."

Yuna menatap lekat Sean. Ia tahu tidak seharusnya ia melanggar perintah kakaknya. Namun, sosok Sean yang lembut yang juga teman pertamanya, adalah hal yang tak dapat Yuna hindari.

Sean memapah Yuna ke kelas. Setelah pelajaran di sekolah selesai mereka berpamitan, lalu pergi ke arah masing-masing.

Kedua kakaknya terlihat menatap dingin pada Yuna, mereka seolah menanti kedatangan adiknya di luar gerbang.

Yuna  tersenyum ketika menemukan kedua kakaknya tengah menatapnya. Mereka juga membalas tersenyum. Tentu saja, senyum yang berbeda dari apa yang Yuna pikir.

"Sepertinya kita harus menghukumnya."

bisik Delen pada Reon. Reon yang masih menatap langkah adiknya yang terseok tersenyum ketika ide gilanya muncul.

"Yah, lagipula aku sudah menangkap mereka."

Delen yang mendengar itu semakin menggila dengan senyumnya. Hah, rasanya tak sabar untuk segera pulang dan bermain dengan bidadari kecilnya.







Sampailah kakak-beradik Leodor di mansion utama. Mansion terlihat lebih sepi dari biasanya, karena kedua orang tua mereka tengah melakukan perjalanan bisnis sebulan lamanya.

Tak ada pelayan yang berlalu lalang dan pengawal hanya menjaga di luar mansion.

Yuna sedikit heran dengan keadaan sunyi ini.

Mungkin mereka sedang dibebastugaskan?

"Nana!!" Teriak Delen yang memekakkan telinga.

"Ah, kau berisik sekali Kak. Ada apa?"

"Ayo bermain!" Delen menggengam tangan Yuna.

"Tidak mau, kakiku sakit. Kau tidak lihat?" Delen merunduk menatap dingin kaki Yuna.

"Astaga Nana?! Apa yang terjadi?" Berbalik dengan ekspresi yang ia tunjukkan, yang sayangnya tidak diketahui oleh Yuna. Ia malah bereaksi sok terkejut.

"Abaikan. Aku mau tidur."

Yuna yang hendak memasuki kamar kembali di cekal oleh Delen. ia hendak berbisik dengan Yuna yang membelakanginya.

You Know I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang