16

1.7K 170 0
                                    


Para pegawai langsung berbaris rapi dan menunduk ketika melihat Yuna memasuki gedung perusahaan. Beberapa diantaranya terlihat berbisik ketika Yuna melewati mereka.

"Hei, kau lihat itu? Bukankah dia putri kandung pemilik perusahaan? Jarang sekali dia kemari. Apa mereka akan saling berebut kekuasaan?" Para pegawai masih belum mengetahui fakta bahwa perusahaan Leodor ini memiliki perusahaan bayangan. Dan perusahaan bayangan itu adalah perusahaan yang dipimpin Yuna. Sedangkan kedua kakak tirinya memimpin perusahaan atas.

Yuna dan Zen memasuki Lift khusus para eksekutif. Lift itu terlihat menuju di lantai atas dimana para petinggi berada.

"Nona, apa nona yakin akan hal ini?" Zen nampak khawatir pada Yuna.

"Tenanglah Zen, lagipula mereka tidak akan membunuhku." Yuna menatap teduh Zen.

"Hahh, baiklah."

Mereka berdua nampak memasuki sebuah ruangan besar, tanpa perlu mengetuk pintu. Seorang lelaki yang sedang memunggunginya, seolah tahu bahwa itu adalah Yuna.

"Akhirnya kau datang juga, adik manisku." Yuna menegang mendengar suara itu.

Sial, suaranya saja sudah menyebalkan

Lelaki berusia 27 tahun itu berjalan mendekati Yuna dengan angkuhnya.

"Huh, masih bersama sekretaris culunmu itu, hm?" Lelaki itu memandang Remeh Zen.

"Zen, kau bisa pergi. Tunggulah aku di lobi." Yuna tak ingin Zen terlibat dengan kakak tirinya.

"T-tapi Nona, bagaimana ji-"

"Tak apa Zen, bukankah sudah kubilang. Bagaimanapun dia tak akan bisa membunuhku." Zen benci situasi ketika ia tak bisa menjaga nonanya.

"Baiklah, kalau begitu saya permisi." Zen menunduk sesaat, lalu keluar dari ruangan itu. Menyisakan Yuna dan lelaki itu yang saling berhadapan.

"Jadi, apa alasanmu menggangguku, Reon?" Yuna berjalan menuju sofa di ruangan tersebut. Mendudukkan dirinya dengan anggun.

"Apa maksudmu Yuna? Kita sudah beberapa bulan tidak bertemu, dan ini yang ingin kau sampaikan?" Reon mengikuti Yuna dan duduk di depannya.

"Sebenarnya aku juga tidak ada bukti bahwa kau pelakunya. Tapi, melihat bagaimana sikapku yang sering mengganggu kehidupanku. Wajar saja aku mencurigaimu."

Reon berdiri dan mendekati Yuna.

"Bagaimana mungkin aku tega menyakitimu." Reon memegang dagu Yuna. Yuna merinding ketika Reon mendekatkan wajahnya.

"Bodoh! Menjauh!" Yuna mendorong Reon hingga ia sedikit goyah.

"Apa yang terjadi? Maaf saja, aku baru kembali ke sini 2 minggu yang lalu. Aku harus menyelesaikan urusan di luar negeri. Apa kau tidak merindukanku dan Delen?" Reon beralih duduk di sebalah Yuna.

"Itu bukan urusanmu. Hanya ada sedikit masalah dengan lab." Yuna menatap dingin pada Reon.

"Baru kutinggal sebentar, ternyata sudah ada yang macam-macam ya?" Mendengar itu membuat Yuna semakin kesal. Entah kenapa, nafas Reon saja sudah seperti dosa baginya.

"Namun, Yuna yang kukenal tidak akan sampai seperti ini dalam menghadapi tikus penggangguny. Ada apa inj, kau menyembunyikan sesuatu?" Reon memicing curiga.

Sial! Bisa gawat kalau Reon curiga.

"Sudah kubilang bukan, ini adalah urusan perusahaanku. Kau cukup urusi saja perusahaanmu." Jawab Yuna dengan ketegasannya.

"Tentu, aku tidak akan mencampuri urusanmu. Ayah juga melarangku untuk mencampuri perihal perusahaan bawah." Reon mendekatkan tubuhnya pada Yuna, berusaha mendominasi keberadaannya.

"Yuna, kau tahu. Kau tidak bisa menyembunyikan sesuatu dari Delen." Bisik Reon dengan penuh penekanan

Deg!

"Dan aku,
tidak.sedang.menyembunyikan.sesuatu"

Deg deg deg deg deg deg deg

Yuna tidak bisa mengontrol emosinya. Itu menyebabkan detak jantungnya berdetak jauh lebih cepat. Ia bisa mengalahkan 100 orang sekalipun, namun tidak untuk kakak tirinya yang mengerikan.

"Lihat, aku bisa mendengar detak jantungmu dengan indah. Sama seperti mereka yang berada di penghujung nyawa." Reon menyeringai pada Yuna.

Ia lalu memainkan rambut Yuna yang menjuntai.

"Apa kau lupa pada teman-temanmu semasa sekolah?"

Deg!

"Kalau kau rindu, kau bisa menyapanya di museum. Mereka terlihat lucu dengan bentuk sapi. Hahahaha!" Yuna gemetaran. Ia bahkan masih mengingat jelas kejadian itu. Sial, matanya sudah berair dan hanya menunggu untuk jatuh.

tes

"Yah menangislah, aku suka saat kau menangis." Reon menjilat air mata Yuna yang merembes di pipinya.

Yuna segera mendorongnya namun gagal, rasanya tangannya begitu lemas. Melihat itu, Reon semakin menyeringai.

"Wah wah, sudah lama sekali aku tidak melihatmu begini. Kalau begini, bagaimana kami bisa melepaskanmu." Reon memeluk Yuna erat. Menghirup aroma tubuh Yuna melalui tengkuk lehernya.

"You fucker can fuck yourself!"
Yuna mendorong Reon menjauh. Ia berlari keluar dan menuju lift. Begitu pintu lift tertutup, ia memerosotkan tubuhnya.

Ia menangis memeluk lutut. Tubuhnya bergetar ketakutan.

"Hiks, sial! Aku tidak ingin menjadi lemah! Shit, bagaimana aku melindungi mereka."

"Alex, Ren."

Ia kesal karena terlihat lemah di depan kakak tirinya. Itulah alasan mengapa Yuna ingin menjadi kuat, mendominasi atau apapun itu. Karena bila ia terlihat lemah, kakak gilanya akan semakin terobsesi padanya.

Ting

Pintu lift terbuka begitu sampai di lantai dasar. Zen segera mengahampiri Yuna.

"Nona!" Zen berlari ke arah Yuna.

Yuna sempat lemas dan hampir terjatuh, namun Zen segera menangkapnya.

"Nona tidak apa-apa? Apakah dia mengancam Nona?" Ren memegang bahu Yuna khawatir.

"Haah, tidak apa Zen. Aku hanya sedikit teringat masa lalu." Yuna menegapkan tubuhnya. Berusaha bersikap profesional.

"Sekarang ayo kita ke Vaals. Aku tidak bisa menunggu lebih lama."

"Baik Nona."

Mereka berdua pun segera memasuki mobil dan membelah jalanan.







Ruangan Reon

Ting!

Sebuah notifikasi pesan menarik perhatian Reon.

"Hah, dasar bajingan kecil. Hahahaha" Reon tertawa puas begitu melihat isi pesan itu.

"Jangan lupa untuk menyambutku bitch, sebentar lagi aku yang akan bermain dengannya"














''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''


Mohon doanya semoga author bisa lulus utbk dan diterima di univ impian dengan nilai tinggi🙏🏻

aamiin :")

kadang mikir, capek-capek ngerencanain tapi malah gak ada yang berjalan sesuai.

entah perang batin, konflik, atau problematika lain pokoknya kesel sebenarnya.

mana udah zaman akhir, tanda-tanda udah makin banyak. sering kepikiran

🥲😅

yah pokoknya semangat semuanyaa
maaf kalau banyak salah

cerita ini akan tetap lanjut kok. soalnya ini salah satu pelampiasan beban, nanti kalau gak dilanjut (ren, alex, yuna) sering kebawa alam bawah sadar🤣

You Know I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang