35

134 13 2
                                    


hai ga nyangka udah 2 taun aku ngilang. sebenernya aku cuma pgn ngepost draft ini karena HP ku sempet rusak dan setelah punya HP baru dan coba install Wattpad ternyata aku baru inget pernah bikin cerita ini, mana totalnya 2 cerita
😝😭

ya intinya anggep aja ini penghibur buat kalian yg udah digantung selama ini, dan buat yang setia nungguin aku ucapin
TERIMAKASIHHHHH

HAPPY READ....


_______________________________________







tap

tap

tap

tap

Langkah kaki Yuna yang cepat membuat Delen sedikit kewalahan.

"Tunggu, tunggu Nana!"

Brak!

Yuna menghempaskan Delen ke ranjangnya. Lalu segera menutup dan mengunci pintu. Delen terlihat menelan ludah karena bingung akan apa yang akan Yuna lakukan.

Yuna lalu menaiki ranjang dan menduduki Delen, ia pun menarik kerah Delen dengan penuh amarah.

"Sekarang jelaskan padaku! Mengapa kau terus-menerus mengganggu kehidupanku dan menghasut Reon?!" Emosi Yuna seketika memuncak.

Sebenarnya ia hendak bersabar untuk menghadapi bajingan kecil ini. Namun kesabarannya seketika sirna saat melihat bahwa kelakuan Delen tak banyak berubah.

"Bahkan saat ini juga aku mampu membunuhmu jika aku ingin." Yuna menatap garang pada Delen.

Delen yang tidak pernah melihat Yuna semarah ini menjadi ciut, dan takut.

"Aku a-akan jelaskan. Tapi lepaskan cengkramanmu ya..??"

"Kau-!" saat hendak marah, tiba-tiba Yuna teringat,

tunggu, aku ingat bahwa dokter Yan memberikanku alat hukuman untuk mereka

Yuna lalu melepaskan cengkramannya, seketika pula Delen merasa lega.

Namun, sedetik kemudian ia menjadi was-was kembali saat mengetahui Yuna mengeluarkan kalung dari pakaiannya.

"Kurasa ini saatnya menguji alat ini." Yuna tersenyum ngeri sambil menatap Delen.

"Tunggu! Tidak, apa yang akan kau- Ehmm!" Saat Yuna menekan tombol di dalam kalung Delen. Delen seketika meremas sprei seolah menahan sakit.

oh, ini bekerja?

Yuna menekannya sedikit lebih lama sekarang.

"Ahhh! Ehmm, Nanaa.. Ah, hentikan!" Delen sedikit membusungkan dadanya. Posisi Yuna yang masih menduduki dirinya, membuat ia sulit bergerak bebas.

"Aneh, mengapa bukannya kesakitan. Kau malah terlihat...."

"Ehmm...Ah, kumohon.. ini menyiksaku!" Tubuh Delen mengeluarkan banyak peluh. Air liurnya juga sedikit menetes dan membasahi dagunya.

"Kau horny?!" Yuna menatap aneh pada Delen.

Delen yang ditatap merasa begitu malu dan menutupi mulutnya dengan salah satu tangannya.

"Emmmhh.." Milik Delen yang menegang tak sengaja menyenggol pantat Yuna.

Yuna pun sedikit terkejut ketika meresakan tonjolan tersebut.

Dokter Yan, benar-benar!
apa ini yang disebut alat penyiksa?!

Yuna masih terdiam dan membiarkan Delen tersiksa dengan nafsunya. Ide jahil pun muncul di kepala Yuna.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You Know I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang