31

987 133 40
                                    

Yuna berjalan menuju ruang kerja Vaal.
Ia sampai hapal dimana letaknya, karena sering kemari.

ceklek

Yuna membuka pintu kerja Vaal yang bergabung menjadi satu dengan kamarnya.

Gelap



Yuna melirik ke kanan-kiri mencari keberadaan Vaal. Sebenarnya Yuna heran, mengapa Vaal selalu membuat ruangan yang satu ini gelap. Apa dia tak mampu membayar listrik?

"Vaal, keluarlah!" interupsi Yuna.

Sunyi...

Tak ada jawaban atau suara apapun.

"Mungkin dia tidak di sini." Yuna lalu berbalik hendak meraih gagang pintu.

Namun..



"Yuna."

Suara Vaal membuatnya menghentikan tangannya.

"Kau di sini rupanya? Kau dimana?" Yuna kembali berjalan mendekati meja kerja Vaal. Walau remang-remang ia masih bisa mengetahui letak meja itu.

Namun karena situasi yang gelap, ia tak sadar menyenggol kursi yang tak jauh dari meja kerja Vaal, hingga nyaris jatuh.

dug!

"Akh!" Yuna memekik tertahan, Vaal segera menahan perut Yuna dari belakang.

"Berhati-hatilah!" Vaal lalu menarik Yuna untuk menghadapnya.

"Bukan aku yang ceroboh, namun ruanganmu yang kelewat gelap. Apa kau tak mampu membayar listrik? Apa kau ingin tagihan listrikmu dimasukkan ke dalam tagihanku?!" Yuna sebenarnya sudah sebal sedari awal, karena tidak sekali dua kali Yuna memasuki ruangan ini.

"Bukan begitu. Hanya saja suasana gelap itu menenangkan." Ia lalu menggandeng Yuna dan membawanya menuju kamarnya.

"Mengapa di kamarmu?" tanya Yuna curiga saat Vaal mulai membuka pintu kamarnya.

Ia tak menjawab pertanyaan Yuna dan menggandeng Yuna memasuki kamar Vaal yang luas.

Vaal lalu memegang bahu Yuna, dan mendudukkannya di kasur.

"Vaal, jawab atau-"

"Karena di sini lebih nyaman. Kau tak perlu tersandung atau apapun. Di sini juga kedap suara, puas?" potong Vaal karena malas mendengar ocehan Yuna.

Vaal lalu berdiri dan menyalakan lampu kamar.

Jujur, mata Yuna sedikit sakit ketika cahaya terang itu menyala begitu tiba-tiba.

"Jadi, bisakah kita pada intinya?" tanya Yuna kesal. Vaal lalu duduk di sebelah Yuna, menghadapnya.

"Kau benar-benar ingin tahu siapa dalang dibalik semua ini?" tanya Vaal khawatir.

"Ya, karena kau telah mengambil Ren dariku." jawab Yuna dingin.

"Darimu?! Ren sejak awal adalah milikku, dia adikku. Kau siapa?" Vaal bertanya remeh.

"Dia milikku! Anjingku, my little puppy!" Mereka seolah berseteru merebutkan hak milik.

"Ya, kita lihat saja nanti, siapa yang akan Ren inginkan." balas Vaal menantang.

Yuna menahan amarahnya dan berusaha serius.

"Vaal, kutanya sekali lagi. Siapa yang menyuruhmu merusak lab-ku?" Aura mengintimidasi Yuna terasa begitu kuat. Vaal menatapnya tanpa berkedip.


"Dia ayahmu."

Yuna menatap Vaal tak percaya, namun aksi berikutnya jauh lebih mengejutkan.





You Know I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang