24 + The Answer

1.9K 172 9
                                    

Sudah 3 hari semenjak kejadian itu berlalu. Yuna tidak mau makan apapun. Hanya ketika perutnya terasa pedih ia akan mengisinya dengan air putih.

Frank bahkan masih belum pulang. Walaupun ia tidak dekat dengannya, namun untuk saat ini Yuna berharap ayahnya segera pulang.

kriett

Reon dan Delen yang membawakan makanan untuk Yuna. Walaupun pastinya tak akan dimakan olehnya.

Yuna hanya menatap jendela dingin. Ia menatap bangunan mansion di seberang sana. Bangunan yang tak pernah di tempati.

"Nana.. ayo makan ini. Lihatlah, pipi manismu semakin kurus." Delen membelai pipinya.

plak!

Yuna menepis tangannya.

PRANG!

Delen melempar nampan berisi makanan tersebut. Ia sudah lelah membujuk Yuna.

"Baiklah kalau ini yang kau inginkan. Akan kubawa kau ke tempat yang paling kau benci!" Delen mengangkat tubuh Yuna yang tentu dibalas pemberontakan.

Dengan langkah tegasnya Delen menendang kamar Reon. Reon segera membuka ruangan rahasia itu, tempat dimana Yuna mengalami siksaan batinnya.

"HENTIKAN TIDAK!" Delen melemparkan Yuna pada kasur yang berada di sana. Ia segera merantai kaki dan tangan Yuna. Tak jauh dari itu, karya Reon yang sudah ia awetkan tertutupi kain.

"Lepaskan aku, tolong!" Yuna meronta-ronta. Ia tak kuasa melihat mayat dari orang yang ia sayangi menjadi hal yang menjijikkan.

srak!

Reon melepas kain itu, membuat Yuna menutup matanya.

"Lihat itu!" Delen mencengkram pipi Yuna membuat ia membuka matanya. Ia membelalak, dan tubuhnya mulai bergetar.

"Jadi bagaimana? Kau mau makan atau tidak? Jika kau memberontak, maka kami akan selalu menempatkanmu di sini." Delen dan Reon meninggalkan Yuna dengan karya di hadapan Yuna.

"Delen, Reon! Lepaskan aku kumohon, hikss!" Yuna menangis dengan nada menyayatnya. Tak lama, ia pingsan karena syok berat. Reon pun menggendongnya untuk kembali ke kamar.

Dan semenjak itu Yuna selalu menuruti apa yang Delen dan Reon perintahkan. Tidak berarti tidak. Ia sudah seperti raga tak bernyawa.

Kepulangan Frank pun tiba. Perjalanan bisnis melelahkan itu tak membuat ia berleha-leha.

"Tuan." Salah satu tangan kanan Frank memberikan berkas dan membisikkan sesuatu padanya.

Frank lalu membuka berkas yang tangan kanannya berikan

Melihat itu seketika buku-buku jari Frank memutih.

"Kita menuju mansion!"




Plak!

Frank menampar keras pipi Delen hingga is memalingkan wajahnya.

Plak!

Ia juga menampar Reon.

"Apa begini balasan kalian setelah aku menyelamatkanmu dari ibumu?!"

"Maafkan kami ayah. Kami tak akan mengulanginya." Reon membungkukkan punggungnya.

Frank mendudukkan dirinya kembali pada kursi kebesarannya.

Ia menatap kedua bersaudara itu dengan seringai mengerikan.

"Hm.. ini jauh dari apa yang kupikirkan." Melihat seringainya Reon dan Delen merinding ketakutan.


Semenjak itu, Frank menempatkan Yuna di mansion seberang. Ia juga memberikan putusan agar Delen dan Reon tak menemui Yuna kecuali jika memang sangat diperlukan.

You Know I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang