33

1.5K 163 44
                                    

Awalnya Alex marah dan kesal, setelah Yuna menjelaskan perihal pernikahan yang akan ia langsungkan dengan Vaal.

Namun, mengetahui bahwa itu hanyalah pernikahan palsu. Alex pun menyetujuinya.


----



Kini Yuna sedang disibukkan mengurus perusahaannya. Ia juga harus menghandle perusahaan atas yang dijalankan oleh kakaknya.


Frank?

Ia masih dalam perjalanan bisnis. Keberangkatan mendadaknya usai makan malam keluarga kala itu, membuat Delen dan Reon memberanikan diri untuk mengganggu Yuna.

"Baiklah, kita akhiri dulu rapat hari ini. Untuk selanjutnya, posisi CEO akan digantikan sementara oleh COO. Hingga Tuan Reon kembali, saya harap kalian bisa bekerjasama dengan keputusan ini." Setelah itu, Yuna segera meninggalkan Dewan Rapat.


Zen mengikuti Yuna dari belakang. Ia lalu menyejajarkan langkahnya dengan Yuna untuk memberikan dokumen padanya.



"Nona, selanjutnya kita harus ke lab dan meninjau organ-organ yang baru saja di kirim."

Zen lalu memberikan foto lokasi lab yang kini sudah diperbaiki. Serta organ-organ dari manusia kiriman Vaal yang perlu diperiksa.

"Yah, kita ke sana!"




-----







"Dimana Dokter Yan?" tanya Yuna pada beberapa pegawai lab yang memakai jas putih.

"Beliau ada di dalam kantor, Nona. Mari, saya antar!" Yuna lalu berjalan di belakang salah satu pegawai yang mengantarkan Yuna menuju ruangan Dokter Yan.

Sampailah mereka di depan ruangan Dokter, pegawai itu pun mengetuk pintu.

tok tok

"Dokter, Nona Yuna datang menemui."

"Persilahkan masuk!"


ceklek


"Halo Dokter, bagaimana kabar anda?" tanya Yuna ramah sebegitu memasuki ruangan bersama Zen.

Dokter Yan berdiri menyalami Yuna, yang tentu dibalas baik oleh Yuna.

"Baik. Kau datang bersama Zen?" Dokter Yan menatap Zen sekilas, lalu kembali menatap Yuna.

"Eh, silahkan duduk!" Yuna lalu dipersilahkan duduk di sofa yang terletak di dalam ruangan Dokter Yan.

Sementara Zen setia berdiri di belakang sofa.

"Kau tak perlu khawatir dengan organ kali ini. Semuanya bagus, dan beberapa yang baru saja dicangkok juga cukup bagus. Hanya perlu peningkatan sedikit." Dokter Yan lalu menuangkan teko berisi teh hangat ke cangkir Yuna.

"Saya sangat berterimakasih karena hanya Dokter yang mampu mengatasi semua ini. Bahkan setelah mengetahui bagaimana saya, Dokter masih saja mau bertahan begitu lama bersama saya." Yuna lalu menerima secangkir teh dari Dokter Yan, dan menyesapnya sedikit.

Dokter Yan tersenyum tulus. Lelaki berusia 40 tahunan itu tetap terlihat awet muda, walau ada beberapa keriput di matanya.

"Aku mana bisa memalingkan wajahku dari gadis kecil yang manis sepertimu? Aku masih ingat kau sering menangis jika kugendong dulu. Hahahaha!"

Yuna ikut tersenyum. Rasanya sudah lama sekali ia tidak merasakan suasana santai seperti ini.

"Ibumu sudah seperti adikku. Dan kau juga sudah seperti keponakanku, Yuna. Maafkan aku, karena tak bisa membantumu bahkan di saat-saat tersulitmu." Dokter Yan tersenyum sedih.

You Know I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang