30

1K 148 19
                                    

Vaal meletakkan Ren pada ranjangnya. Ia lalu menggantikan pakaian adiknya dengan baju tidur yang nyaman.

Vaal terlihat begitu menyayangi adiknya, itu terlihat jelas dari bagaimana Vaal begitu halus dan telaten dalam merawat adiknya yang pingsan. Ya, walaupun dia sendiri yang membuatnya pingsan.

"Ren, andaikan kau mengetahui fakta yang sebenarnya. Apa kau masih mau menerimaku?" Vaal mencium kening adiknya lama.

Ia merindukan Ren. Selama ini ia selalu menjauhkan Ren dari dirinya dan meninggalkannya di desa agar Ren tak terpengaruh kerasnya dunia.

kuharap kau mau mengerti alasanku

Vaal lalu segera berganti pakaian, ia hanya mengenakan kemeja putih dengan celanan hitam panjang.

"Suruh dokter mengobatinya!" Teriaknya dari dalam kamar yang tentu dapat didengar jelas oleh pengawalnya.

"Baik."

Tak lama dokter pribadi Vaal datang.

"Tolong obati dia, kepalanya terluka. Lakukan yang terbaik untuk adikku. Jangan sampai menimbulkan bekas."

Dokter hanya mampu mengiyakan permintaan Vaal.

Vaal lalu berjalan keluar diikuti para pengawal, meninggalkan adiknya yang masih pingsan dalam perawatan dokter.

Langkah tegapnya membawanya masuk menuju ruang yang khusus ia siapkan untuk menyiksa tahanannya.

Di sana beberapa pengawal segera menyambutnya dan menundukkan kepala.

"Bos, mereka sudah kami bius, dan sebentar lagi akan sadar."

Vaal lalu mengadahkan satu tangannya, salah satu pengawal yang peka segera memberikan cambuk di tangannya.

"Tinggalkan aku sendiri."

"Baik." mereka lalu segera keluar dan meninggalkan Vaal sendiri bersama dua kakak tiri Yuna.

Vaal lalu melihat ada seember air di dekatnya.

Ia mengangkatnya dan-

Byurrr!

"Haah!!" Seketika Delen dan Reon terbangun dari pingsan mereka.

Tangan mereka terikat di balik kursi besi. Mereka mengedipkan mata berkali-kali saat air memasuki mata mereka.

"Sudah cukup tidurnya?" Delen dan Reon seketika menggeram pada Vaal.

"Shit! Berani-beraninya kau mencampuri urusan kami!" Vaal yang mendengar perkataan Delen semakin dibuat emosi.

ctas!

"Aakkh!" Delen dan Reon berteriak kesakitan ketika cambuk panjang itu mengenai kulit mereka.

"Bajingan ini.. apa yang kau maksud dengan urusanmu, hah?! Ren adalah adikku dan kalian berniat menjadikan dia mainan kalian?!"

CTAS!

"AAKHH!!" Vaal memecut mereka tepat pada wajah.

Dapat dilihat, mata Delen terkena pecutan hingga mengakibatkan sayatan dalam yang mengenai matanya. Darah pun merembes dari matanya yang tertutup.

Reon memiliki goresan panjang di pipinya, darah juga merembes dari pipinya.

"Berani-beraninya seorang bajingan tak jelas asal-usulnya mau menyakiti adikku!"

CTAS! CTAS!

"Arghhh!"

CTASS!  CTASS!

You Know I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang