"Sudah bangun?" Pak Hakim muncul dari arah anak tangga. "Masih jam lima, kamu tidur aja lagi."
Aku melihat ke bawah. Disty rupanya masih tertidur. Posisinya sungguh amburadul dan gak enak dilihat sama sekali.
"Saya mau jogging sebentar."
"Iya, pak. Hati-hati."
Pak Hakim memegang kepalaku. Kucium aroma parfum yang wanginya berbeda dari hari kemarin.
Setelah Pak Hakim pergi, aku masih duduk di kasur sambil membaca sms dari salah satu pengurus OSIS. Dia memberitahu, kalau aku tidak usah datang lagi mengikuti rapat hari ini.
Aku coba menelepon Iky untuk memberitahunya. Tapi dia tidak juga menjawabnya. Mungkin dia masih tidur.
Setelah membereskan kasur, aku beranjak ke bawah untuk mandi. Namun, saat kulihat ada perabotan kotor di wastafel dapur, aku pun berinisiatif untuk mencuci dan merapihkannya.
Dengan hati-hati, aku memberesi kertas-kertas dan buku-buku milik Disty yang berserakkan di sekitar sofa dan meja. Betapa terkejutnya aku, saat melihat bahwa ada banyak gambar animasi dua cowok yang sedang berciuman, berpelukkan, berjalan sambil bergandengan tangan, naik ayunan bersama, dan masih banyak lagi pose-pose aneh yang tak bisa kujelaskan.
Klik.
Tanpa sengaja, aku menyentuh papan keyboard laptopnya. Dan --- BOOOMMM...!!!
Aku jelas-jelas sangat syok, melihat fotoku dan foto Kak Benny yang sedang makan pizza semalam, dijadikan wallpaper laptopnya!
"Uhhhmm ---" Disty bergerak dengan tiba-tiba. Dia menggaruk ketiaknya, lalu menyingkap piyamanya, hingga terlihatlah pusarnya yang kecil itu.
Aku cepat-cepat bangkit lalu menuju kamar mandi. Semoga saja dia tidak tahu, kalau aku tadi sempat berada di dekatnya.
"AARRGGHHH, APAAN SIH...!?"
Aku kaget waktu mendegar suara teriakkan Disty.
"MASIH PAGI JUGA!! GAK TAUK APA ORANG MASIH NGANTUK?!"
Aku cepat-cepat memakai baju, dan melihat keluar. Takutnya, ada orang asing yang sedang masuk ke dalam rumahnya Pak Hakim.
Tapi, setelah aku melihat siapa orang yang sedang berdiri sambil memegang botol sprayer, dan mengarahkannya pada Disty --- seketika aku terdiam.
"Bangun-bangun! Kamu pikir ini rumahmu?!"
"BAWEL BANGET SIH...?!!" Disty berteriak lagi. Dia memang sudah bangun. Namun kedua matanya masih terpejam.
Pak Hakim pun setengah membungkuk. "Di depan ada Juan sama Benny. Mereka baru aja selesai jogging ---"
"Mana...?!! Dimana mereka...?!!" Sontak kedua mata Disty pun terbuka lebar. Dia langsung berlari ke depan, dan --- berteriak memaki dengan sumpah serapahnya. "AKU DIBOHONGIN YA...?!!" Namun, amarahnya itu hilang ketika dia menatap padaku. "Arrrgghhh...!!"
"Berisik!! Kamu tahu kan kalau ---" Begitu Pak Hakim menoleh padaku, dia pun langsung terdiam dengan mulut sedikit menganga.
Disty pun berlari secepat kilat mengambil kameranya, lalu dia mulai mengambil foto diriku yang --- setengah telanjang.
"Kurang ajar!" Pak Hakim pasang badan. Dia berdiri di depanku, menghalangi pandangan Disty.
"Gak bisa ngeliat orang seneng nih, om-om satu ini ya...!?"
"Kamu bisa dituntut karena mengedarkan foto sensual!"
"Gak ada itu! Jangan sok tahu deh, om!"
Pak Hakim yang tadinya berdiri dengan posisi memunggungiku, kini berbalik dan memelukku erat sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like Father Like Son
Teen FictionIni adalah kisah kehidupanku, yang seharusnya tidak pernah kuceritakan kepada siapapun... Ketika satu-satunya orang kumiliki, berlaku sangat tidak adil kepadaku... Hai, selamat datang di duniaku...