Aku terbangun sambil mengamati langit-langit kamarku yang dipenuhi dengan stiker-stiker bintang yang bisa menyala kalau lampu kamarku dimatikan.
Sekujur tubuhku rasanya pegal semua. Multivitamin yang katanya bisa menghilangkan pegal-pegal dalam semalam, ternyata tak begitu membuat badanku terasa baikkan paginya.
Aku turun dari kasurku, untuk mengambil hape yang masih tersambung ke chargernya, di atas meja tv.
Dduuaaarrr...!!
Suara petir sungguh membuatku nyaris melompat. Kulempar hapeku kembali, karena takut hapeku itu akan konslet, hingga membuat tubuhku mati tersetrum.
"JAM LIMA SORE...?!!" aku berteriak seperti orang kesurupan.
Bagaimana mungkin, aku bisa ketiduran sampai selama ini...??!!
Padahal hari ini adalah hari pengambilan raport di sekolah. Dan aku --- JEMURANN...!!
Aku lupa mengangkat jemuran! Sementara hujan sudah turun, entah sejak kapan...!?
Cklek.
"Saya kira gak ada orang."
Aku tertegun melihat siapa yang sedang berdiri di depanku, dengan tubuh setengah basah kuyup, dan dia tampak kuwalahan membawa payung, tas, dan jemuranku.
"Maaf, Pak Hakim." ucapku sambil mengambil alih jemuran dari tangannya.
Aku dan wali kelasku itu tetap diam mematung dan saling pandang-pandangan.
Aku masih gak percaya, kalau dia bisa mengetahui tempat tinggalku ini.
"Kamu, baru bangun?"
Suaranya yang berat itu benar-benar mengejutkanku. "Masuk, pak. Maaf ---"
Pak Hakim pun melepas sepatunya, lalu masuk dengan samar terdengar, suara gemetar orang yang sedang kedinginan.
"Senggaknya di dalam sini, jauh lebih hangat dan nyaman."
Aku memberesi kasur dan barang-barangku yang berserakkan gak karuan dimana-mana. Kugelar karpet, lalu kuturunkan bantalan kecil dari atas lemari bajuku.
"Pak Hakim bajunya basah --"
"Nanti juga kering sendiri."
"Bapak gak bawa baju ganti? Kalau gak ganti, nanti bisa masuk angin ---"
"Saya juga gak tahu, kalau mau hujan besar. Padahal keluar sekolah tadi, masih panas terik."
Aku mencari baju untuknya. Untungnya, tubuh wali kelasku itu bukan tipe-tipe pria yang suka menghabiskan waktu di tempat fitnes.
Tanganku meraih sebuah sweater kuning yang masih dalam kondisi baru. Namun, aku ragu ketika akan memberikan padanya.
Kulirik, ternyata dia lagi melepas kemejanya dan sekarang dia cuma memakai kaos dalamnya saja!!
"Pak, ini ---"
Kulihat ekspresinya pada saat menatap sweater kuning dengan gambar anak bebek di bagian depannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like Father Like Son
Teen FictionIni adalah kisah kehidupanku, yang seharusnya tidak pernah kuceritakan kepada siapapun... Ketika satu-satunya orang kumiliki, berlaku sangat tidak adil kepadaku... Hai, selamat datang di duniaku...