13

1.3K 127 1
                                    

Aku bangun pagi untuk membuatkan Kak Benny Sarapan. Dengan bahan-bahan apa yang tersedia di kulkasnya, aku membuat sarapan yang --- semoga saja dia menyukainya.

Sudah hampir jam 6.00, tapi dia belum turun juga. Mungkin karena kemarin dia pulang agak malam, dikarenakan ada rapat dengan dewan siswa di sekolah.

Aku naik ke lantai atas untuk membangunkannya. Sejujurnya aku agak kaget, karena dia tidur bukannya memeluk guling malah memeluk sweaterku.

"Kak, bangun. Hari ini kan hari terakhir MOS."

Kedua mata Kak Benny terbuka. Tanpa ba-bi-bu, dia langsung menarik tanganku. Aku yang jatuh menindihnya, lantas dipeluknya.

"Kenapa sih gak mau tidur disini?"

Jantungku berdebar saat pipi kiriku mendarat pada dada bidangnya. Aroma tubuhnya yang khas dan hangat, membuat perasaanku tak karuan.

"Soalnya aku --- gak biasa tidur pakai AC, kak."

"Kalo mau kan, bisa aku matiin.."

Aku mau lepas darinya. Namun, dia seolah tak mengizinkannya.

"Sudah siang, kak."

Kak Benny pun melepaskan pelukkannya juga. Dia bangun sambil menguap lebar. Begitu dia menyibakkan selimutnya, mataku membelalak melihat ada sesuatu yang sedang berdiri tegak di balik celana boksernya itu.

Aku sontak berbalik dan turun kembali dengan terburu-buru.

"Nanti kamu telepon laundry aja buat nyuciin baju."

"Iya, kak ---"

Bukannya ke kamar mandi, dia malah langsung menuju meja bar.

"Ini kamu yang buat?"

"I -- ya, kak." Aku masih tidak nyaman dengan kondisinya sekarang ini. Kenapa penisnya itu tidak juga kunjung tidur lagi...?

Kak Benny pun duduk, lalu mulai menyantap sandwich yang kubuat. "Enak loh ini.."

"Mau susu atau jus jeruk, kak?"

"Susu aja."

Setelah mengambilkan segelas fresh milk untuknya, aku pun kembali ke kamar. Kubiarkan saja ia menikmati sarapannya.

"Kamu lagi apa?" Kak Benny tiba-tiba muncul di pintu kamarku. Dia masuk, lalu merebahkan kembali tubuhnya di kasurku. "Masih ngantuk ---"

"Nanti bisa telat loh, kak."

Kak Benny menarikku lagi. "Kamu udah mandi ya...? Wangi banget..." dia menciumi tengkukku.

Aku cuma bisa memejam, saat tangannya menyelusup masuk ke dalam kaosku, lalu memilin-milin putingku.

"Jangan, kak ---" nafasku tak beraturan. Aku gugup bukan main.

Kak Benny memaksa untuk melepas kaosku. Kini posisinya, dia berada di atasku. Mata kami saling bertemu. Dan aku --- aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan padaku selanjutnya.

"Kak ---" Aku mendesah sambil menggigit bibir bawahku. "Jangan, kak ---" Aku terus menolak dan memohon padanya. Namun tetap saja, kini dia --- sedang asyik menghisap dan menjilati penisku di bawah sana.

Setiap dua menit sekali, dia berhenti lalu berpindah melumat bibirku, sambil satu tangannya mengocok penisku. Setelah itu, dia kembali mengulumku, dan begitulah yang terus dia lakukan.

Sampai...

"Kak, aku mau keluar...!!" Aku memekik tertahan. Kujambak rambutnya saat penisku berkedut-kedut kencang, memuntahkan lahar panas di dalam mulutnya.

Like Father Like SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang