32

996 85 0
                                    

"Juan ---"

"Ehhh --- hah?! Iya, apap?"

"Kamu kenapa melamun?"

Aku geleng. Ini semua salahku. Seharusnya aku gak memaksa untuk tidur bersama dengan apip dan apap. Karena itu sama aja, dengan aku menganggu privasi mereka.

"Kamu lagi ada masalah?" Kembali suara apap mengagetkanku.

Sontak kucium pipi apap, tapi malah bibirnya yang kukenai. "Daahh, apap." Segera aku turun dari mobilnya.

Semua kejadian yang kulihat dini hari tadi, sungguh masih membayang jelas di kepalaku. Aku yang terbangun karena haus, malah mendapati apip dan apap yang sedang melakukan hubungan intim di ruang tengah.

Dan bodohnya aku, bukannya kembali tidur, malah aku terus memperhatikan permainan keduanya sampai menjelang subuh!

Karena aku tidur di kamar mereka, jadinya mereka gak bisa melakukannya di kamar sendiri. Kuputuskan mulai malam nanti, aku akan kembali tidur di kamarku sendiri.

Ssreeekkksss...

Sebuah tangan tiba-tiba menarik tanganku. Aku kaget bukan main, karena orang yang melakukan itu adalah Adnan.

"Adnan ---"

"Maksud lo apaan?!" Adnan bicara ketus sekali. "Kemaren lo bilang lo jadian sama Benny. Sekarang, lo malah jadian sama Idam...!?"

"Aku ---"

"Apa karena ini ---" Adnan mencengkeram tangan kananku. "Cuma karena jam ini, lo mau jadi pacarnya dia, hah?!"

"Adnan, aku ---"

"Gue pikir lo itu beda. Gue pikir lo itu bisa nerima Benny apa adanya." Adnan memalingkan wajahnya. "Ternyata lo gak lebih dari pelacur murahan, yang bisa disogok segitu mudahnya dengan materi.."

Untung Kak Idam sama Dria belum sampai di sekolah. Tadi, aku video call dan tahu kalau ternyata mereka masih kejebak macet di dekat rumahnya, karena ada proyek galian kabel telepon.

"Abang gue itu emang gak sekeren dan setajir Idam. Dia bahkan lebih milih hidup sendiri, ketimbang harus tinggal satu rumah dengan kakek dan nenek.."

"Adnan, kamu ---"

Adnan noleh lagi. "Gue udah tau semuanya dari Benny. Meski awalnya sulit gue percaya, tapi ---" dia tersenyum sinis. "Gak lucu, sumpah..."

"Kakek kalian duluan yang udah menghinaku. Dia juga udah nampar aku, dan bilang kalau aku ini cuma parasit yang ---"

"Dan lo langsung nyerah gitu aja, iya?!" Adnan memotong. "Seandainya aja lo tau, saat Benny ngebela elo di depan kakek, dan dia lebih milih angkat kaki dari rumah itu, karena rasa sayang dan cintanya yang besar sama lo, idiot!!"

Aku menghela pelan. "Kamu suka sama Idam?"

"Gak usah ngalihin topik!"

"Ada masalah apa antara kamu sama Idam?"

"Maksud lo?" Ekspresi Adnan tetap dingin.

Buggghh...!

Karena sudah gak tahan, kutinju pipinya dengan semua kekuatan yang kupunya.

"Kamu pikir, aku menikmati semuanya...?? Kamu pikir, aku baik-baik aja ketika Idam memakai tubuhku berkali-kali dengan seluruh nafsu dan birahinya..., sementara saat itu aku cuma bisa membayangkan wajah Kak Benny...?!"

Adnan memegangi pipinya. "Lo tinggal bicara sama dia. Lo putusin dia. Karena abang gue gak pantes buat manusia kotor dan hina ---"

'LO BILANG APA, HAH?!! YANG KERASSSS...!!!'

Like Father Like SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang