Aku masih gak sadar, kalau ternyata aku sendiri yang memberikan alamat apartemen ini ke Disty. Betapa bodohnya aku, mengetik pesan whatsapp dalam kondisi ngantuk berat.
"Kamu udah coba hubungi Kak Benny?" tanya Disty dengan mulut tak henti mengunyah tiramisu yang kuambil dari kulkas.
Semoga aja Om Pram dan Om Rico, memaafkan sikapku ini, yang telah dengan lancangnya menyuguhkan tiramisu tanpa seizin mereka.
"Gak aktif. Tadi pagi masih aktif. Tapi, setelah aku coba telepon, jadi gak aktif."
"Gimana sih tuh orang...!? Katanya mau bantuin, tapi kok malah ngilang?"
"Akak ---" Junior muncul dengan wajah dan rambutnya yang kusut.
"Ihhh, gemesshh banget...!! Siapa namanya...?" Disty kelihatan gemas sekali sama Junior.
Junior mengerjap dengan wajah bingung dan polosnya.
"Junior, mereka ini temanku. Kak Disty sama Kak Iky."
"Junior manis banget ihhhh --- jadi pengen macarin..."
"Disty ---" Iky sampai geleng-geleng.
Aku berikan saja Junior es krim bucket. Supaya dia tenang, dan gak menanyakan keberadaan Om Pram dan Om Rico.
"Pak Hakim gak tahu, kan?"
Disty memutar bola matanya. "Dari semalem aja dia gak pulang."
"Masa sih?" malah aku yang kaget mendegarnya.
"Sekalinya telepon cuma ngabarin, kalo kerjaannya belom selesai. Malesin banget..." Disty mendelik.
"Sebenarnya --- Pak Glen itu pamanku."
"Ohhh ---" Disty acuh tak acuh. "PAMAN...?!!" Lalu dia menjerit dengan mata membelalak. "Seriusan?!"
Aku ngangguk dengan perasaan sesak. "Apartemennya ada di lantai 10. Kemarin malam, sebelum aku turun aku mampir dulu. Aku lihat Pak Hakim lagi masak berdua sama Uncle Glen."
"Kita kesana sekarang!!" Disty sontak menarik tanganku.
"Akak mau kemana?"
"Mau ke ---"
"Gak kemana-mana, Junior." Jawab Iky ramah sambil menahan tangan Disty.
"Junior mau puding mangga?"
Junior mengangguk. "Mau, akak. Pakai vla juga ya.."
"Kalian mau?"
"Makasih, Juan." Iky yang jawab.
Disty kelihatan makin gelisah. Tapi, gak mungkin juga aku bawa Junior ke apartemennya Uncle Glen. Meskipun masih kecil dan polos, Junior bisa saja mengadukan hal ini kepada Om Pram dan Om Rico. Apalagi, anak kecil itu kan gak bisa bohong.
Dua orang petugas itu, kulihat lagi menurunkan bingkai foto besar yang berada di ruang tengah. Pikirku, mungkin bingkai itu agak berdebu hingga perlu dibersihkan.
"Hmmm, kayaknya agak mendung. Gimana kalau kita berenang?" Usulku.
Junior menatapku polos. "Aku mau, akak. Bawa ban sama papan juga ya --"
"Oke. Tunggu ya."
Aku mengambil baju ganti dan handuk di kamar Junior. Rencanaku nanti, pas Junior lagi berenang dia akan kutinggal sebentar dengan Iky. Sementara itu, aku dan Disty akan ke apartemennya Uncle Glen, untuk menangkap basah kedua pria dewasa itu.
"Kalau aku perhatiin, Junior agak mirip sama Kak Benny ya.." celetuk Disty saat kami sedang di dalam lift menuju kolam renang.
Kepala Junior menengadah padaku. "Akak, Akak Adnan dimana ya? Kok belom pulang-pulang..?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Like Father Like Son
Teen FictionIni adalah kisah kehidupanku, yang seharusnya tidak pernah kuceritakan kepada siapapun... Ketika satu-satunya orang kumiliki, berlaku sangat tidak adil kepadaku... Hai, selamat datang di duniaku...