T I G A D U A ✔

1.3K 120 8
                                    

Jangan lupa Vote dan Komen!

Happy Reading!

*****

"Lea!" panggil seseorang.

Lea menoleh ke kiri, ke kanan, belakang dan depan tidak ada siapa-siapa.

"Lea gue di atas!" teriaknya lagi.

Lea menoleh ke atas, terlihat laki-laki yang bernama Reki, juri Audisi.

"Paan?" tanya Lea.

"Sini ke atas, gue mau denger lagu waktu itu yang lo nyanyiin di ruang latihan!"

"Gak ah males!"

"Yeuh! Pak Adipta pengen denger!"

Lea terdiam, menatap Reki penuh selidik. "Kalo boong, gue tonjok lo!" Lea pergi menaiki tangga menuju lantai dua ke tempat Reki.

"Tu cewek aneh, padahal gue jurinya, tapi tetep aja, gak ngebedain perlakuannya," pikir Reki.

"Ya, lo cewek modelan apasih? Kok bisa lo gitu?" tanya Reki langsung kepada Lea.

"Cewek biasanya, lo gak liat gue cewek? Apa jangan-jangan lo anggep gue cowok? Goblok!" semprot Lea.

"Tu mulut lo pengen gue comot! Pedes banget!"

"Dih, mana pak Adipta?"

"Di tampat rekaman," jawab Reki.

Lea berjalan duluan menuju ruang rekaman, Reki menatap Lea tak percaya.

"Cewek aneh!" teriak Reki kesal.

"Aneh-aneh gini banyak cowok yang suka!" balas Lea membuat Reki diam.

"Iyasih," Reki menggaruk tengkuknya kikuk.
Masuk kedalam ruang rekaman, Lea melihat pak Adipta yang sedang menunggunya.

"Permisi, Pak."

Pak Adipta menoleh ke arah, Lea sambil tersenyum. "Duduk."

Lea duduk di kursi yang ada di sebelah pak Adipta, menatap pak Adipta penuh pertanyaan, pak Adipta yang sadar akan tatapan Lea pun terkekeh.

"Lagu yang kamu buat sudah selesai?" tanya pak Adipta.

"Sudah, dibantu Hima," jawab Lea.

"Anggota Band kamu udah tau lagunya?"

Lea menggelengkan kepalanya, "Mereka gak tau, tapi rencananya nanti sore waktu latihan mau ngasih tau."

Pak Adipta mengangguk. "Yasudah, coba kamu nyanyiin dulu, saya pengen denger."

Menarik nafasnya dalam lalu menghembuskannya perlahan. Lea mulai menyanyikan lagunya.

Lagu itu berdurasi tiga menit jika ditambahkan instrumen.

Mendengar suara Lea yang lumayan bagus, dan penghayatan Lea sangat sampai, pak Adipta tersenyum kagum.

Bukan hanya suaranya yang bagus, bahkan isi lagu itu bagus juga, pak Adipta sangat bangga kepada Lea.

"Isi dari lagu itu sampai ke saya, kamu latihan bersama anggota Band kamu, nanti jika sudah waktunya, saya ingin kamu menyanyikan lagu itu di atas panggung audisi," jelas pak Adipta.

"Iya, Pak."

"Sudah, itu saja, kamu boleh pergi."

Lea mengangguk lalu keluar dari ruang musik. Saat Lea sudah keluar, Reki masuk kedalam ruangan.

"Sudah, Pak?" tanya Reki. Pak Adipta mengangguk.

"Bagus kan?"

"Iya, dia masuk ke tim kamu kan? Ajari dia lebih tetang musik, ajari juga yang lainnya."

"Siap!"

*****

Masalah yang terus berdatangan sangatlah menyebalkan bagi Leo, adiknya yang slalu terkena imbas masalah orang lain membuat dirinya takut.

"Adek gue dia kuat, jika dilihat dari sisi pandang luar, dia bahagia terus, padahal kadang dia nangis di kesunyian tengah malem."

Himawari menatap langit biru, memikirkan ucapan Leo yang memang adanya.

"Gue sih lebih milih Lea yang begitu, melampiaskan kekesalan, keluh kesah, rasa capeknya dengan nangis, bukan nyakitin diri sendiri."

Leo menatap Himawari, apa yang dikatakan Himawari ada benarnya.

"Sorry gue lama, tadi ada problem dikit," ucap Alisah yang baru saja datang.

"Gapapa Kak, santai aja."

Alisah mengangguk dan duduk di pembatas.

"Mata-mata kak Gara sekongkol sama si Tesa, kita cari tau siapa yang namanya Amel yang deket sama si Tesa," jelas Himawari.

"Di angkatan kelas dua belas yang namanya Amel ada lima, di angkatan kelas sebelas ada dua, dan terakhir di angkatan kelas sepuluh ada tiga," ucap Alisah tanpa ragu.

"Lo udah tau mata-mata yang mata-matain Gara itu namanya Amel?" tanya Leo.

"Baru tau barusan, soal gue tau yang namanya Amel, gue kan punya koneksi banyak tentang murid cewek sekolah sini," jawab Alisah.

"Beda yah ketua cewek Grasta, memperhatikan setiap orang yang berada di kandang," Leo terkekeh.

"Gak juga, si Susi bantuin gue, dia ngerekap nama-nama murid cewek sekolah sini. Lagian sebelumnya gue sama si Susi udah di suruh ngelakuin itu sama ketua sebelumnya, jadi lumayan lah ada gunanya."

Himawari mengangguk-ngangguk, mengingat perkataan dua laki-laki yang tadi ngobrol, Himawari yakin kalau Amel yang dimaksud ada di angkatan kelas sebelas.

"Tu dua cowok pancing Kak, pasti bentar lagi tu cowok bakal kena sama anak Grasta gara-gara ketahuan mata-matain kak Gara, padahal sebenernya bukan tu cowok yang mata-matain kak Gara," apa yang dipikirkan Himawari sama dengan Leo.

"Gue juga mikir gitu," Leo tersenyum miring.

"Hebat lo, masuk jadi anggota geng Grasta mau kagak? Gue tempatin lo di posisi anggota rahasia," Alisah menaik turunkan alisnya.

Himawari menatap Leo meminta persetujuan, Leo yang tau itu tersenyum. "Boleh, gapapa, anggota rahasia itu anggota yang jarang banget terlibat di garda baku hantam, jadi itu aman buat lo."

"Oke Hima masuk, tapi kan kak Gara gak tau? Kalo dia gak bolehin gimana?"

"Gue ketua ceweknya, jadi aman, urusan anggota cewek gak ada urusannya sama si Gara."

Himawari mengangguk.

"Welcome to geng Grasta," Alisah mengulurkan tanggannya dan dibalas Himawari, keduanya berjabat tangan.

"Lo harus janji gak akan berhianat dari geng Grasta."

"Gue janji gak akan berhianat dari geng Grasta."

"Gue pegang janji lo, dan Leo jadi saksinya."

*****

Udah vote dan komen? Kalo udah bagus, makasih:*

Follow Instagram Author
@nkamanah

Viannalea [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang