3. Sadar

13K 991 26
                                    

~Happy reading~

Vote dulu yah temen-temen sebelum baca😉

***

Sean duduk terdiam di ruang kerjanya, pemandangan dari luar jendela menunjukkan hari sudah malam. Ia menghempaskan tubuh pada kursi kebesarannya memejamkan mata dengan sesekali memijat keningnya yang sedikit pening.

Satu minggu setelah kejadian adiknya mabuk dia tidak pernah bisa fokus pada pekerjaannya, sehari-harinya selalu terbayang penyesalan penyesalan dan penyesalan. Seandainya waktu bisa diulang kembali maka dirinya tidak akan membiarkan kejadian dua tahun lalu terjadi, sungguh saat itu dia adalah orang terbodoh di dunia ini.

Matanya terbuka saat handphone nya berbunyi. Sean mendengus saat tahu siapa yang menghubunginya.

"Kenapa kamu balik lagi ke New york?"

"Aku bekerja kalau Papah lupa," balas Sean malas.

"Kamu pikir aku bodoh? Perusahaanmu di mana-mana, lalu untuk apa balik ke New york? Cepat pulang ke Indonesia sebelum ibumu tahu,"

Sean mengembuskan napasnya pelan, selalu begitu. Papahnya selalu menyangkut pautkan ibunya jika dirinya tidak ingin pulang, "Aku akan pulang saat aku mau."

Di seberang sana Alex mendecih anaknya memang bebal. "Aku yakin setelah aku mengatakan yang sebenarnya kamu akan bangkit detik itu juga pada kursi bodohmu itu,"

"Aku selalu tahu apa yang terjadi setiap harinya di sana Pah,"

"Lalu kamu pikir aku tidak tahu? Jangan lupakan aku ini siapa Sean. Aku bisa saja membunuh tangan kananmu jika aku mau,"

"Tidak usah bertele-tele katakan ada apa sebenarnya," Sean benar-benar melupakan siapa Papahnya. Pantas sedari tadi tidak ada kabar dari tangan kanannya, dirinya yakin jika Papahnya telah menyuruh tangan kanannya itu untuk menutup mulut. Salahkan Sean yang memiliki bawahan yang bekerja juga dengan Papahnya.

"Dengan kesepakatan kamu berjanji tidak akan balik ke Negara itu lagi,"

"Oh God! Apa yang Papah bicarakan, aku lahir di sini wajar jika aku akan terus tinggal di Amerika," Sean benar-benar tak habis pikir dengan Papahnya ini, dirinya sudah besar tahu apa yang harus dilakukan dan tidak.

"Aku tidak peduli,"

Sean mendengus kesal, "Baiklah sesuai yang Papah mau."

"Adikmu sudah melewati masa komanya, Daniel bilang beberapa jam kemudian dia akan sadar." Seperti sihir ucapan Alex tadi karena detik itu juga Sean memutuskan panggilan dan pergi menuju jet pribadinya.

Alex terkekeh di seberang sana, see? Benar ucapannya bukan jika Sean akan bangkit detik itu juga jika tahu yang sebenarnya.

***

Langkah Sean terdengar menggema di sepanjang lorong rumah sakit. Suasana malam ini begitu hening lampu-lampu sudah meredup bahkan hanya satu dan dua perawat lewat. Sean melirik jam di pergelangan tangannya, pukul dua belas malam pantas suasananya begitu sepi sudah larut ternyata dan Sean benar-benar tidak menyadarinya.

Sean membuka pintu kamar rawat adiknya dia terkejut saat tahu seluruh keluarganya ada di sini bahkan semua sepupunya hadir, Sean menghembuskan napas pelan saat melihat tatapan musuh dari para sepupunya. Sejak kejadian dua tahun lalu Sean dan semua adik laki-lakinya benar-benar dimusuhi oleh sepupu mereka, dirinya sadar wajar jika sepupunya menganggap mereka musuh karena bagaimanapun kesalahan yang dibuat dirinya dan adik-adiknya sangat tidak bisa dimaafkan.

Sorry Little SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang