~Happy Reading~
***
Arletta masih terus menangis sedari dua puluh menit yang lalu saat mendengar perkataan terakhir Bella. Dia merasa menjadi Ibu yang tidak berguna, bahkan dia menyesal tidak membawa Cia dulu saat dirinya harus ke luar kota bersama Alex. Bodohnya Arletta yang tidak menyadari hal licik dari gadis yang bernama lala itu, dan mengapa pula dia sangat yakin pada ke empat putranya untuk menjaga gadis kecil kesayangannya.
Dengan tiba-tiba Arletta melepas paksa pelukan Alex, matanya beralih menatap ke empat putranya dengan tajam. Arletta berdiri dia menghampiri Sean dengan tangan mengepal.
Plak
Semua yang di sana membelalakkan matanya terkejut saat Arletta menampar Sean kencang bahkan tercetak jelas bekas tamparannya. Arletta mencengkeram kerah kemeja Sean memaksa agar lelaki itu bangun.
“Ini semua karena kamu, KARENA KAMU SEAN! PENJAHAT!! KAMU PENJAHAT SEAN!!” jerit Arletta wajahnya memerah, matanya memancarkan rasa kecewa.
Sean diam, dia hanya menunduk membiarkan Ibunya yang kini marah. “Kamu Kakaknya, Sean. Kamu Kakaknya, Kakak yang Cia sayang dan percaya. Tapi kenapa, KENAPA KAMU TEGA?!! KAMU GELAP MATA HANYA KARENA CIA MENDORONG ORANG ASING!” tangan Arletta memukul-mukul tubuh Sean, air matanya makin deras turun.
“Putriku selalu kudidik dengan baik Sean, dia tidak akan pernah sejahat itu kalau tidak ada penyebabnya. Tapi aku gagal, aku gagal karena tidak berhasil mendidik anak pertamaku. Saya kecewa sama kamu Sean, saya kecewa.” Sean langsung mengangkat wajahnya begitu Arletta sudah bicara dengan kata formal. Air mata Sean jatuh detik itu juga, hatinya rapuh. Bahkan setelah jarak dia dan adiknya, kini ibunya secara tak langsung memberi batasan padanya.
“Mah,” lirih Sean pilu.
Arletta menggeleng dia berlari ke luar ruangan. Sean sempat ingin mengejar, namun seseorang mencekal tangannya dia menoleh menatap Aksa yang menggelengkan kepalanya seakan menyuruh Kakaknya untuk tidak mengejar.
***
Suara kencang pintu terbuka membuat Cia dan Lio yang sedang bercanda terkejut. Mereka menatap heran Arletta yang berdiri dengan wajah yang merah dan penuh air mata.
Arletta berlari menangkup wajah putrinya, mengecup seluruh wajah Cia lalu mendekapnya erat. “Putriku, putriku akan baik-baik saja. Putriku akan baik-baik saja,” gumam Arletta yang masih bisa didengar Cia dan Lio.
“Mamah,” panggil Cia pelan.
“Iya sayang ini Mamah, Cia mau sesuatu? Cia mau apa sayang?” Arletta bertanya dengan terisak. Dia kembali menangkup wajah Cia mengelus lembut wajah itu.
“Cia enggak perlu khawatir sekarang ada Mamah yang selalu jaga Cia, jangan takut lagi ya sayang. Sekarang Cia mau apa hmm? Bilang sama Mamah sayang, Cia mau apa?” Arletta terus bertanya. Pikiran wanita itu penuh dengan rasa takut.
Pintu kembali terbuka, Alex dan yang langsung masuk dengan wajah khawatir. Alex menarik paksa Arletta yang terus bertanya-tanya pada Cia. Dia membawa tubuh itu yang memberontak dalam dekapannya.
“Tenang, tenang Arletta. Jangan takut oke, Cia baik-baik saja dan akan selalu baik-baik saja.” Arletta terdiam, namun air matanya terus saja turun.
“Anakku Alex hiks, dia–dia terlalu kecil untuk menerima semuanya. Putri kecilku Alex, putri kecilku.”
“Mamah kenapa?” tanya Cia yang kini mulai menangis. Robert berjalan mendekat pada Cia, membawa tubuh kecil itu dalam gendongannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry Little Sister
Teen FictionFollow dulu yuk sebelum membaca 😉 Menghadapi sebuah trauma bukanlah hal mudah bagi gadis yang bernama Patricia Carissa Maxiem. Kejadian beberapa tahun lalu membuat dirinya mengalami rasa ketakutan yang berlebihan. Semua keluarganya harus menelan ra...