9. Video Call dan Ingkar

9.3K 700 9
                                    

~Happy reading~

***
Jangan lupa vote sebelum membaca yah🤗😉

Pagi ini mentari menyambut dengan terik, membuat gadis kecil di bawah selimut itu menggeliat kecil. Matanya mengerjap lucu menyesuaikan cahaya matahari yang menyorot terang. Dia menengok ke samping ketika ada yang mengusap palanya.

"Papah," gumamnya kecil. Alex tersenyum lega akhirnya anaknya mau berbicara lagi.

"Pagi sayang," ucap Alex lalu mengangkat Cia dalam pangkuannya. "Bilang sama Papah, siapa yang kemarin makan permen?" tanya Alex lembut.

Cia tersenyum lebar membuat matanya menyipit lucu. "Jangan marah yah, itu dari temen Cia Papah," jawab Cia.

Alex mengerutkan dahinya. "Temen?" tanya Alex bingung.

Cia mengangguk sambil berkata, "Dia lucu Papah, badannya besar pipinya kaya roti yang suka Cia makan." Dia memiringkan palanya mengetuk-ngetuk dagu dengan jari mungilnya. "Emm namanya apa yah Papah?" tanya gadis itu bingung.

Alex tersenyum kecil. "Roti bakpao?" tanya balik Alex.

"Ah iya bakpao, dia lucu Papah apalagi waktu marah. Cia aja ketawa hihihi Cia mau pegang pipinya, tapi belum berani nanti kalo Cia main lagi Cia mau pegang," tuturnya menceritakan tentang temannya itu.

"Cia mau main lagi?" tanya Alex dan diangguki antusias Putrinya. "Oke tapi ada syaratnya," cetus Alex membuat Cia mengerucutkan bibirnya.

"Kenapa harus pake syarat?"

"Gampang kok syaratnya," ujar Alex. "Cia harus mau minum obat teratur, makan yang banyak, jangan pikirin hal yang buat Cia takut dan satu lagi ...." Alex menjeda ucapannya mengamati raut anaknya ini.

"Dan?" tanya Cia bingung saat Alex diam tak melanjutkan bicaranya.

"Dan Cia harus mau rajin untuk terapi." Cia terdiam dia menundukkan palanya, ah ya! Dirinya lupa bukankah dia harus rajin terapi? Kakinya lumpuh tidak normal seperti yang lainnya.

"Hei," tegur Alex saat melihat Putrinya terdiam. Cia mendongak matanya berkaca-kaca bibirnya melengkung ke bawah.

"Papah ... hiks," Alex tersenyum lembut melihatnya.

"Jangan nangis dong nanti cantiknya ilang. Papah yakin, Putri Papah ini pasti bisa jalan lagi," ucap Alex sambil membawa Cia ke dalam dekapannya.

"Cia mau lari lagi?" tanya Alex lembut. Cia mengangguk mengiyakan. "Nah kalau begitu Cia harus mau rajin terapi, kemarin Cia bolos untuk terapi kan?" Cia menatap Alex dengan sendu.

"Cia bisa sembuh Papah?" tanyanya.

"Tentu bisa, kenapa harus gak bisa? Yang gak bisa itu kalau Cia nya gak mau terapi," nasihat Alex mengusap surai lembut anaknya.

"Cia kangen Opa. Cia mau terapi kalau Opa yang temenin, Opa jahat Opa gak mau liat Cia. Opa gak pernah main ke sini lagi," tutur gadis itu terselip nada kesal di ucapannya.

"Iyah nanti Papah kasih tau yah ke Opa, kalau anak Papah yang cantik ini lagi kangen sama Opanya," ucap Alex sambil menciumi seluruh wajah anaknya.

***

Jam menunjukkan pukul delapan lewat. Kenzo masih duduk diam di balkon kamarnya. Wajahnya kusut, rambut yang tidak tertata rapi dan baju yang sedari kemarin belum diganti. Di tangannya ia menggenggam sebuah bingkai foto, ia tersenyum jarinya mengusap lembut seseorang yang tengah tersenyum di sana.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sorry Little SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang