~Happy reading~
Ayo temen-temen Vote dulu sebelum baca oke😉
***
Jakarta 10.30 AM; Mansion Maxiem
"KALI INI KALIAN BENER-BENER KETERLALUAN!" bentak Gracio marah. Setelah menerima laporan dari asistennya tadi pagi, Gracio langsung pergi menuju rumah Alex putra pertamanya. Di ruang keluarga itu sudah ada Alex, Robert dan semua cucu laki-laki Gracio. Mereka terpaksa harus meninggalkan rumah sakit lantaran harus menyelesaikan permasalahan perang dingin yang dilakukan anak-anak mereka selama kurang lebih dua tahun.
Adik dari Sean dan Steve hanya bisa menunduk, mereka tahu kejadian tadi sudah benar-benar melanggar aturan Kakeknya. Gracio menatap tajam mereka semua, amarahnya benar-benar meluap, dirinya paling benci jika ada salah satu keluarga di antara mereka melanggar aturan yang telah dia buat.
Mungkin dua tahun lalu dirinya masih bisa memberi toleran pada cucu-cucunya itu, tapi sepertinya mereka menyepelekan apa yang dia lakukan. Gracio menghela napas pelan, dia harus bisa mengendalikan emosinya sekarang, jika tidak ingin hal lain terjadi.
"Apa pembelaan kalian kali ini?" tanya Gracio menatap cucu-cucunya tajam.
"Ken-"
"Mel-"
"Melvin dulu," potong Gracio saat kedua cucunya akan berbicara. Kenzo yang mendengarnya mendengus kesal berbanding terbalik dengan Melvin yang tersenyum sinis.
"Aku gak salah Opa, semua salah Kenzo sama Bang Aksa. Mereka kenapa harus masuk pas Cia lagi nangis kaya gitu, seharus-"
"Buta mata lo! Adek gue lagi sesek gitu," sanggah Kenzo sebelum Melvin menyelesaikan bicaranya.
"Aku tidak pernah mengajarkan untuk memotong pembicaraan orang lain Kenzo," desis Gracio tak suka. Kenzo berdecak sebal dia benci peraturan.
"Seharusnya kalau mereka pengen jenguk Cia, waktu Cia lagi baik-baik aja. Kita juga gampang buat bujuk Cia nya," tutur Melvin menatap Kenzo sinis.
Gracio mengangguk menanggapi, beralih menatap Kenzo. "Kamu Kenzo, apa pembelaanmu?" tanya Gracio.
"Opa bayangin di situ Cia nangis sampe sesek napasnya. Dan mereka cuma panik tanpa manggil dokter atau apa pun itu, aku sama Bang Aksa refleks masuk-"
"Ya lo juga ngapain masuk? Kenapa gak panggil dokter?" sanggah Melvin tak terima. Mereka yang berada di sana menggelengkan kepala pusing. Melvin dan Kenzo tidak pernah akur barang sejenak. Entah sedari kecil atau sudah sebesar ini pasti ada saja yang selalu diributkan.
"Apa aku harus mengulang perkataanku Melvin?" tanya Gracio tajam. Melvin mendengus entah lah jika berdebat dengan Kenzo bawaannya selalu emosi.
Kenzo melanjutkan bicaranya ia memandang Gracio dalam. Dirinya sangat berharap Kakeknya ini mengerti dengan apa yang dia rasa sekarang. "Karena rasa khawatir Kenzo sama Cia, Kenzo masuk gitu aja Opa. Kenzo tau salah, tapi rasa panik yang buat Kenzo lupa kalau Cia masih trauma. Kenzo cuma mau balik kaya dulu lagi, Kenzo mau Cia. Kenzo kangen," Sadar atau tidak suasana ruangan itu tiba-tiba menjadi sendu.
"Selama Cia koma, Kenzo gak pernah peluk Cia, Opa. Bahkan untuk sekedar pegang tangan Cia aja Kenzo gak berani. Karena Kenzo takut Cia sakit, Kenzo gak mau lagi buat adek kesakitan. Padahal di situ Kenzo pengeeen banget peluk Cia, tapi Kenzo tahan sampai tunggu Cia sadar. Tapi ternyata harapan Kenzo sia-sia," tuturnya. Dia terkekeh menertawakan dirinya sendiri, hidupnya terasa hambar sekarang seperti sayur yang tidak memakai garam. Dia tidak punya keyakinan untuk membuat adiknya sembuh kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry Little Sister
Fiksi RemajaFollow dulu yuk sebelum membaca 😉 Menghadapi sebuah trauma bukanlah hal mudah bagi gadis yang bernama Patricia Carissa Maxiem. Kejadian beberapa tahun lalu membuat dirinya mengalami rasa ketakutan yang berlebihan. Semua keluarganya harus menelan ra...