2. Rindu 2

12.7K 943 18
                                    

~Happy reading~

Vote dulu sebelum membaca yah🤗

***

"Dokter Daniel!" Pria yang kini tengah duduk diam di kursi taman mendongakkan palanya saat merasa namanya dipanggil.

"Maaf mengganggu, pasien kamar nomor tiga menanyakan Anda dia tidak ingin makan sebelum bertemu dokter kesayangannya," Daniel terkekeh mendengar ucapan perawat di hadapannya ini, namun tak urung dia pun bangkit dan berjalan diikuti perawat di sampingnya.

Daniel melirik gadis di sampingnya ini. "Seharusnya kamu juga buat dia pandang kamu sebagai perawat kesayangannya. Karena jika nanti saya sedang bertugas di luar kamu tidak akan pusing dengan rengekan pasien itu." Laura perawat cantik yang tengah berjalan dengan dokter pujaan rumah sakit ini pun mendongak. Ia mengulum senyumnya dan mengangguk kecil

Tepat di kamar rawat itu Daniel bisa mendengar tangisan gadis kecil yang terus menolak makan, ia membuka pintu itu dan matanya langsung melihat wanita dan pria paruh baya yang sedang berusaha untuk membujuk agar anaknya mau makan.

"Jadi kenapa anak manis tidak mau makan hmm?"

"DOKTEL DANIEL!" seru gadis kecil yang tengah duduk di brankar rumah sakit saat mendengar suara dokter kesayangannya.

"Ara kenapa gak mau makan?" tanya Daniel lembut mengelus lembut surai gadis kecil di hadapannya ini.

"Ala gak suka doktel, makanannya gak enak. Ala mau pulang aja, bolehkan Ala pulang sekalang?" Daniel tersenyum lembut gadis kecil ini benar-benar bisa membuat dirinya tambah merindukan seseorang yang selalu ia tunggu untuk segera sadar.

"Abang rindu kamu sayang," lirih Daniel dalam hati.

"Ara mau gak dengerin kata dokter? tanya Daniel lembut. Membuat gadis di depannya ini mengangguk lucu.

"Kalau Ara mau pulang kamu harus banyak makan, istirahat dan gak lupa untuk minum obatnya. Ara gak kasihan sama Mamah dan Papah Ara yang udah rawat Ara? Pasti mereka cape dan pengen istirahat, tapi mereka gak bisa. Ara tau kenapa?" Gadis itu menggeleng lemah.

"Karena Mamah dan Papah Ara gak bisa dan gak akan tenang saat melihat putri kesayangannya masih belum pulih. Mereka gak bisa istirahat saat mereka saja tau kalau putrinya belum makan. Lihat deh wajah mereka pasti cape tapi gak mau nunjukin di depan putri kesayangannya ini," tutur Daniel. Ia tersenyum saat melihat kedua mata gadis itu berkaca-kaca. "Jangan nangis nanti mukanya gak cantik lagi loh," kekeh Daniel.

"Hiks ... Mamah Papah hiks ... maaf Ara minta maaf," ucap gadis itu di tengah isaknya. Perlahan senyum Daniel luntur, gadis kecil ini benar-benar mengingatkan kejadian beberapa tahun lalu. Tangisan dan kata maaf yang diucapkan gadis itu sama persis seperti seseorang yang ia rindukan.

***

Setelah insiden kamar rawat tadi Daniel melangkahkan kakinya memasuki kamar seseorang yang Daniel tunggu perkembangannya. Perlahan ia mengelus lembut rambut gadis yang masih betah memejamkan matanya. Sebelah tangannya menggenggam jemari gadis itu yang terbebas infus sesekali mengecupnya. Setetes air mata jatuh dari sudut matanya, saat melihat tubuh adik kesayangannya masih terbaling lemah dengan alat medis penunjang kehidupannya.

Daniel Alfino Maxiem adalah bandingan terbalik dari Sean dan Aksa jika mereka menutupi luka dengan raut datar mereka, maka Daniel ini berbeda. Senyuman dan sikap ramahnya adalah topeng dibalik bahwa dirinya adalah lelaki yang memendam luka yang sampai kini ia pun tak yakin luka di hatinya bisa menghilang.

Kesalahan yang ia perbuat beberapa tahun lalu adalah kesalahan yang sampai kapan pun tak bisa ia maafkan sendiri.

"Maafin Abang sayang. Cepat bangun Abang rindu kamu, semua rindu kamu. Kenapa betah banget hmm tidurnya?" tanya Daniel yang dirinya yakin tak 'kan ada jawaban dari pertanyaan nya ini.

Sorry Little SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang