~Happy reading~
***
“Mamah!” panggil Cia berlari menghampiri Ibunya yang sedang menyiram tanaman di taman belakang.
Arletta menengok dan terkejut melihat putri kecilnya berlari, astaga Cia baru saja bisa jalan namun gadis itu. Ah bisa celaka jika Alex suaminya melihat, Arletta segera membuang asal selang di tangannya berlari untuk menangkap Cia yang tidak memperhatikan kakinya.
Mata Arletta membola saat Cia benar-benar akan terjatuh. Hap~
Arletta berhasil menangkap tubuh mungil itu, jantungnya berdetak kencang entah apa yang akan terjadi nanti jika saja dia tidak tepat menangkap anaknya. “Mamah,” panggil Cia lagi dengan suara yang terendam karena Arletta mendekapnya erat.
“Sayang Cia enggak apa-apa kan? Ada yang sakit? Kaki nya sakit?” tanya Arletta berturut-turut.
“No no kaki Cia sehat Mamah, Cia udah bisa lari tadi Mamah liat kan?” ucap gadis itu riang.
“Tadi kamu hampir jatuh kalau Mamah gak tangkap Cia, benar bukan?” Patricia tertawa kecil mata bulatnya menyipit seperti bulan sabit sangat lucu.
“Cia cari-cari Mamah tapi enggak ada. Ternyata di sini,” ucapnya saat Arletta melepaskan pelukannya dan menuntun untuk duduk di kursi yang ada di sana.
“Sekarang Cia udah ketemu Mamah, mau apa hm?” tanya Arletta lembut.
Cia mengerucutkan bibirnya. “Cia bosen Mamah, kata Mamah ini hari minggu tapi semua orang sibuk, Cia sendiri. Cia mau main Mamah,” adunya membuat Arletta tersenyum tipis.
“Mau main sama Mamah?” tawar Arletta.
“Mau!!” balasnya antusias.
Arletta tertawa melihatnya. “Tapi Cia mau tunggu sebentar? Mamah harus siram tanaman di halaman depan, sebentar doang kok habis itu kita main. Gimana? Setuju gak?” Cia tampak menimang ucapan Ibunya, mengetuk-ngetuk dagu dengan jari telunjuk yang sedikit berisi.
“Boleh, tapi Cia tunggu di ayunan ya Mamah.” Arletta mengangguk lalu mengajak Cia ke tempat ayunan yang tidak jauh dari sana.
“Umm? Mamah tunggu apalagi?” tanya Cia bingung saat Ibunya tidak beranjak pergi.
“Mamah enggak akan tenang tinggalin kamu sendiri di sini,” kata Arletta dengan mata yang melihat sekitar taman. Tak lama matanya melihat Melvin dari arah kolam.
“Melvin!” panggil Arletta keras.
“Mamah panggil aku?” tanya Melvin menghampiri.
“Iya, Mamah minta tolong jaga Cia sebentar yah. Mamah mau siram tanaman di halaman depan tanggung kalau setengah-setengah, boleh yah?” pinta Arletta.
Melvin yang mendengarnya tentu senang bukan main, siapa yang tidak mau bermain atau menjaga tuan putri di keluarga mereka. Bahkan mereka harus berebut satu sama lain karena jika sudah ada di pelukan Alex dan Steve tamat sudah, mereka akan memonopoli nya sendiri, ah yah tentu Sean dan Aksa pun begitu sebelum kejadian dua tahun yang lalu.
“Boleh dong! Kalau buat Mamah apa yang enggak?” balas Melvin menggebu, dia menyamakan tingginya dengan adik kecilnya.
“Hai mau tunggu Mamah sama Abang?” tawar Melvin dengan senyum lembutnya yang manis. Cia tersenyum dia mengangguk semangat.
***
Aksa memarkirkan motornya tidak jauh dari gerbang Mansion besar itu. Lelaki itu turun dari jok motornya namun tak langsung beranjak dari sana, diam bersandar sampai Kenzo yang masih berada di motor memutar bola mata malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry Little Sister
Teen FictionFollow dulu yuk sebelum membaca 😉 Menghadapi sebuah trauma bukanlah hal mudah bagi gadis yang bernama Patricia Carissa Maxiem. Kejadian beberapa tahun lalu membuat dirinya mengalami rasa ketakutan yang berlebihan. Semua keluarganya harus menelan ra...