~Happy reading~
***
aku gak bosen bilang kalau aku makasih banget sama kalian yang terus dukung aku. Thanks your vote! Dan gak lupa sama komen kalian, sayang kalian banyak-banyak.
—salam hangat dari haechan.
Setelah mengetahui tentang kisah Cia dan juga Abang kandungnya kemarin, kini seharian Bela sengaja mematikan handphone-nya. Tidak peduli jika ada yang meneleponnya nanti, lagi pula dia memiliki asisten yang bisa diandalkan. Hah! Sebelum menyelesaikan kasus para pasiennya yang lain, Bela harus memikirkan tentang bagaimana langkah pertama untuk kasus Cia ini.Bela merasa ini lebih sulit, ah tidak! Bahkan ada yang lebih sulit dari ini, tapi mengapa otaknya kini tidak memadai? Kakinya ia tumpukan pada satu kakinya lagi, tangan kirinya ia gunakan untuk menyangga palanya, mulutnya terus mengeluarkan suara seperti jarum jam berdetak.
“Haiisshh! Ini mudah Bela, kamu Cuma perlu ngajak dia ngobrol! Apa itu sulit? Oh Tuhan,” desah Bela lelah.
Saat sibuk memikirkan sesuatu, Bela dibuat terkejut oleh kedatangan Lio dan Cia, dengan keadaan gadis kecil itu yang berada di kursi roda.
“Kalian kenapa ke sini? Demi Tuhan! Lio jarak ruang rawat Cia jauh ke sini. Ini semua pasti karena kamu bukan, Lio?” Bela menunjuk Lio dengan mata tajamnya. “Dan coba liat, kalian ke sini bawa-bawa infus!” lanjut Bela dengan kesal.
Lio mendecak sebal dia balik menatap tajam Kakaknya. “Aku ke sini juga karena dia Kak!” bantah Lio menunjuk temannya.
Mata Cia membulat. “Enggak! Ini juga karena Lio, dia mau tipu-tipu aku kak!” sergah Cia kesal.
“Aku gak pernah tipu kamu! Aku ngomong jujur!” seru Lio marah.
“Bohong! Kamu gak pernah jujur, kamu tipu aku. Dasar pembohong!” jerit Cia menunjuk wajah Lio.
“Aku bukan pembohong!” murka Lio menepis tangan Cia dari depan wajahnya.
“Pembohong!”
“Bukan!”
“Pembohong!”
“Bukan!”
Bela menggelengkan kepalanya tak percaya. Lagi? Mereka bertengkar lagi? Dan harus dirinya lagi yang melihat pertengkaran mereka? Ya Tuhan! Bahkan kini dirinya tengah dipusingkan dengan kasus gadis kecil itu. Lantas mengapa harus ditambah dengan melihat pertengkaran mereka?
“Stooop!!!!!” jerit Bela frustrasi, membuat keduanya langsung terdiam.
Bela menarik napasnya dalam-dalam, menghembuskannya perlahan. Dia mengepalkan tangannya kuat saat mengingat sesuatu.
Brak!!!
Lio dan Cia membulat terkejut, sedikit menjauh dari Kakaknya Bela yang kini terlihat sangat menyeramkan.
“Kakak kenapa?” cicit Lio takut-takut.
Bela meletakkan kedua tangannya di atas meja, menatap keduanya tajam. “Kalian ke sini sama siapa?!” tanya Bela tajam.
Mereka menelan ludahnya susah payah, benar-benar menakutkan. “Ki-kita ... kita,”
“Kalian Cuma berdua kesini iya?!” seru Bela. Mata mereka lagi-lagi membulat terkejut.
“Papah ... Papah enggak ada, Mamah juga. Abang semuanya pergi, Mommy Rossa Daddy Robert juga sibuk.” Cia membalasnya dengan cepat, gugup saat terus ditatap tajam oleh Bela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry Little Sister
Teen FictionFollow dulu yuk sebelum membaca 😉 Menghadapi sebuah trauma bukanlah hal mudah bagi gadis yang bernama Patricia Carissa Maxiem. Kejadian beberapa tahun lalu membuat dirinya mengalami rasa ketakutan yang berlebihan. Semua keluarganya harus menelan ra...