10. Benar-benar teman dan Informasi

8.5K 689 24
                                    

~Happy reading~

***
Sebelum baca cerita ini, aku minta tolong sama kalian. Bantu aku buat vote:) Kita saling menguntungkan aja yah temen-temen kalian dapet baca dan aku dapet dukungan dari kalian. Aku gak muluk-muluk buat dapet komenan kok, cuma minta tanda bintang doang supaya aku lebih semangat update nya.

Ga susah kok buat klik tanda bintang, bantu Vote yah. Dan maaf kalau selama ini aku jarang update, tapi aku usahain setelah kalian rajin buat Vote aku juga bakal rajin update nya.

Sekian terimakasih dan mohon maaf yah:)






"LOH LIO?!" teriakan Cia membuat para orang tua itu mengernyitkan dahinya bingung.

Di depan pintu sana terlihat Lio dengan baju pasiennya dan Bela dengan baju dokternya, mereka tersenyum tipis menatap Maxiem. Namun dalam hati Bela mengutuk rasa penasaran Lio detik itu juga.

"Loh Cia?" Lelaki itu tersenyum hendak menghampiri temannya yang duduk di ranjang dengan wajah lusuh, belum sempat melangkah Kakaknya Bela menarik kerah bajunya membuat Lio adiknya tertarik ke belakang.

"Maaf ... maafkan adik saya yang lancang membuka pintu, rasa penasarannya memang berlebihan. Saya mohon maaf telah mengganggu ketenangan kalian." Bela tersenyum canggung, jantungnya berdebar kencang. Bagaimana tidak? Siapa yang tidak mengenal Maxiem? Pasti seluruh negara pun tahu siapa itu Maxiem. Keluarga berpengaruh di dunia, dengan perusahaan yang bercabang di mana-mana belum lagi hotel dan tempat-tempat Resort, jangan lupakan tempat makan seperti restoran dan semacamnya yang bercabang hampir mendunia.

"Ah ya tidak apa-apa, tapi sepertinya mereka saling kenal?" tanya Rossa bingung.

"Mommy itu temen Cia," Cia menjawab dengan riang, melupakan Abangnya yang ingkar janji.

"Temen Adek?" tanya Alex diangguki anaknya itu.

"Iyah temen Cia, namanya Lio." Senyumnya lebar sampai matanya menyipit layaknya bulan sabit.

"Jadi kamu temen anak saya yang di taman waktu itu?" tanya Arletta menatap Lio yang tersenyum.

"Iya,"

"Bukan,"

Lio menatap Kakaknya tak percaya. Mengapa? Mengapa Kakaknya menjawab seperti itu? Cia temannya, lalu kenapa Kakaknya menjawab bukan? Pikir Lio perih.

"Jadi?" tanya Alex heran.

"Ah haha maksud saya mereka bukan teman, hanya sebatas ... mengenal ya! Mengenal," jawab Bela gugup, karena tidak mungkin jika dirinya berucap yang sebenarnya. Bela hanya tak yakin jika keluarga terpandang seperti mereka mau menerima Lio adiknya menjadi teman putri kesayangan mereka.

Namun tanpa Bela sadari mata Patricia sudah berkaca-kaca mendengarnya.

"Kak Bela jahat ... Hiks," Mata Bela membola detik itu juga saat melihat Cia menangis.

"Papah, Lio temen Cia huhuhu." Alex, Arletta, Robert dan Rossa benar-benar dibuat bingung.

Arletta menatap Bela yang kini berdiri kaku, dia tersenyum sepertinya dirinya tahu mengapa Bela berkata seperti itu. Arletta berjalan mendekati Lio dia menggenggam tangan Lio dan membawa laki-laki gemuk itu berjalan mendekati Cia.

Bela benar-benar serba salah melihatnya, dia bukannya tak ingin Lio berteman dengan Cia. Hanya saja tidak pantas sepertinya Cia yang orang terpandang berteman dengan Lio yang hanya orang biasa.

Sorry Little SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang