24. Berakhir?

3.9K 442 56
                                    

~Happy reading~

***

Kalian engga ada yang marah kan:)
Tapi gapapa marahin aja aku.

"Cia cali-cali telnyata di cini!” seru gadis kecil kesal.

“Ada apa Cia cari-cari Abang?” Tersenyum menatap wajah adiknya merenggut.

Mata gadis itu membulat sempurna mendengar pertanyaan laki-laki yang disebut Kakaknya.

“Hmmp,” Tangannya bersedekah dan memalingkan wajah tidak mau menatap Abangnya.

Laki-laki itu terkekeh kecil, lalu mengangkat tubuh mungil itu. “Kado nya udah Abang taruh di laci nakas, sorry karena Abang telat,” tuturnya mengecup pipi bulat itu gemas.

“Celiuss? Abang niel no boong?” Perkataan Cia mampu membuat laki-laki bernama Niel itu tertawa keras.

“Uuuhh Cia no like Abang!” Lagi ucapannya mampu membuat Niel tertawa.

“Abaaang!” Niel berhenti saat adiknya akan menangis.

“I’am sorry baby,” Sambil mendudukkan tubuhnya di kursi balkon kamarnya, Niel menatap adiknya gemas. “Umur Cia sekarang berapa sih?” tanya Niel.

“Umm thlee? Oh no! Foul yesc foul,”

“Waah udah gede yah, coba sekarang ikutin Abang yah,” Gadis itu mengangguk.

“Serius,” Niel mengangkat satu alisnya. “Ayo bilang,”

Dengan ragu gadis itu menjawab, “celius?” Mendengarnya Niel terkekeh kecil.

“Se,”

“Ce,”

“Ri,”

“Umm? Li?”
“Us,”

“Us,” Niel menganga tak percaya dari sekian kata hanya belakang nya saja yang bisa.

“Es,” lagi Niel pada adiknya.
“Ec,”

“Sssssssss,”

“Ccccssss,” Oke kali ini Niel benar-benar gemas. Di cium nya perut gembil adiknya itu dengan gemas.

“Ahahahahahaha stoop! Hahahahaha Abang udah, it'sc tickle!”

Laki-laki itu berhenti saat melihat wajah adiknya sudah memerah. Cia membuang napasnya lega, lalu menatap Abangnya dengan senyum lebar.

“Cia mau liat kado cama Abang, boleh?”

“Of course,”

“Suka?” tanya Niel melihat adiknya yang sudah membuka hadiah pemberiannya.

“Waaaah Cia cuka! Tan ten ah tan, ummm!” Gadis itu merenggut saat berusaha mengingat kata-kata yang sudah dipelajarinya kemarin.

“Thank you baby,” bantu Niel tersenyum.

“Hihihi light! Tenyou Abang,”
Niel tersenyum kecil entah kebaikan apa yang Daniel buat sampai Tuhan memberi adik se menggemaskan ini. Dia benar-benar bersyukur, jika saja rasa bahagia bisa diukur mungkin tidak akan terhitung berapa banyak rasa senang Niel.

Cia mendekat pada Niel, mendudukkan tubuh mungil nya di pangkuan Abangnya yang duduk bersila. Lengan nya ia taruh melingkar di leher Niel.

“Cetiap Cia bilthday Abang kacih hadiah kan?” Gadis mungil itu bertanya dengan serius. Membuat Niel lagi-lagi tertawa.

Sorry Little SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang