~Happy reading~
***
Arletta, Aksa dan Kenzo tersentak saat mendengar suara Cia. Mereka bertiga kini berada di taman depan, setelah melepas rindu di gerbang tadi Arletta mengajak kedua anaknya untuk masuk, namun keduanya menolak mereka takut jika Cia melihat nantinya. Dan karena tidak mungkin mengobrol di depan gerbang akhirnya Arletta memaksa untuk duduk di taman depan.
Aksa berdehem dia menatap Kenzo lalu mengangguk.
"Mamah tenang aja, kita gak akan tengok belakang. Zo sama Bang Aksa pamit ya Mah, salam buat Papah," ucap Kenzo sambil menatap mata Arletta.
Arletta tersenyum sendu, dia ingin sekali bisa berkumpul lagi dengan semua anak-anaknya tanpa harus berpisah seperti ini.
Dengan berat hati Aksa dan Kenzo bangun dari duduknya mereka menahan diri untuk tidak menengok ke belakang, sungguh berat sekali karena keduanya begitu merindukan Cia.
Di sisi lain Cia pun sama kaget nya, gadis itu tidak menyangka jika kedua Abangnya datang kemari. Cia tidak marah sama sekali tidak marah hanya saja dia masih kecewa dan sedikit takut jika harus melihat Abang kandungnya.
Mata Cia menatap punggung kedua abangnya yang mulai menjauh, dia menghembuskan napas lega tidak ada yang perlu dikhawatirkan sekarang.
"Mau Mamah," cicit Cia pada Melvin.
Melvin menghela napasnya, dia merasa aneh saat Aksa dan Kenzo tidak menengok ke belakang, padahal Melvin yakin seratus persen mereka pergi pasti karena mendengar suara Cia. Tapi ya sudah Melvin bersyukur juga, entah apa yang akan terjadi jika kedua sepupunya menghampiri Cia.
Arletta sempat mengusap air matanya yang turun, lalu dia berdiri berbalik menghampiri putri kecilnya.
"Maaf, Mamah lama yah. Pasti Cia nunggu dari tadi yah?" Cia tidak menjawab dia sibuk melihat mata Arletta yang seperti habis menangis.
Tiba-tiba saja bibirnya mengkerut, lalu mengulurkan tangannya pada Arletta seolah meminta digendong.
Arletta tersenyum dan berkata, "manja nya anak Mamah, Cia kan udah gede." Namun tak ayal tangannya tetap mengambil Cia dari Melvin.
Arletta terkejut saat lehernya terasa basah dan melihat bahu Cia yang bergetar.
"Hei, kamu kenapa?" tanya Arletta lembut.
"Jangan hiks nangis," ucapan Cia membuat Arletta bingung.
"Siapa yang menangis sayang, bukannya Cia yah."
"Bohong! Mamah bohong!" bantah nya sambil menatap Arletta.
"Ini apa? Mata Mamah merah ada airnya juga," seru Cia menunjuk mata Arletta sambil terisak.
Arletta gugup saat Putrinya menatap dengan intens. "Bukan ini bukan nangis sayang, tadi ada debu masuk mata Mamah. Terus Mamah lupa malah digosok-gosok jadinya merah deh keluar air," yakin Arletta.
Dengan mata yang sembab Cia memicing menatap Ibunya, "Beneran?"
Arletta dan Melvin tidak bisa untuk tidak tertawa. Tawa mereka pecah terutama Melvin, muka bulat dengan wajah merah sehabis menangis terlihat konyol saat Cia menatap Arletta seperti itu, apalagi dengan dahi yang mengerut. Cia sangat lucu dan imut.
"Kok ketawa sih!" sebal Cia. Mereka segera menghentikan tawa nya saat Cia sudah terlihat kesal.
"Enggak kok, Abang ketawa itu liat penjaga ada yang jatoh. Udah yah Abang masuk dulu bye baby." Setelah itu Melvin benar-benar pergi dari sana, dia tidak ingin menjadi sasaran ambek Cia bisa-bisa nanti seperti Steve.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry Little Sister
Teen FictionFollow dulu yuk sebelum membaca 😉 Menghadapi sebuah trauma bukanlah hal mudah bagi gadis yang bernama Patricia Carissa Maxiem. Kejadian beberapa tahun lalu membuat dirinya mengalami rasa ketakutan yang berlebihan. Semua keluarganya harus menelan ra...