17. Pulang

3.9K 326 3
                                    


~Happy reading~

***


Bella menatap tak percaya pada ke empat lelaki yang sudah membawa dirinya ke dalam ruangan mewah ini.

“Hah?” Bella menatap mereka tak percaya.

“Hanya itu? Hanya itu yang kalian ingin bilang? Hanya karena itu kalian bawa saya ke sini?” Bella terkekeh, masih tidak percaya dengan kepintaran turunan Maxiem ini.

Tadi ketika Bella membalikkan badan dia terkejut saat tahu yang di depannya adalah seluruh putra dari Alexander Maxiem. Awalnya Bella merasa was-was, namun saat tahu tujuan mengapa dirinya bisa dibawa sampai sini, Bella tidak bisa lagi untuk menahan kekesalannya.

“Hanya? Kamu bilang ini hanya? Jangan macam-macam Dokter Bella saya bisa sa—”

“Apa?! Anda mau apa?! Mau pecat saya? Iya?!” potong Bella tajam. Dia bangun dari duduknya, menatap sengit ke empat lelaki yang duduk di sofa besar.

“Saya bisa melaporkan kelakuan kalian ke Tante Arletta, kalau anak-anaknya suka mengancam dengan hal yang tidak jelas!” tangannya menunjuk satu-satu semua lelaki itu tepat pada wajah mereka.

Diam keadaan hening seketika, tidak ada yang membuka suara. Bella membalikkan badannya membelakangi mereka, perlu kalian tahu kini dirinya benar-benar tengah menahan rasa takut yang tinggi. Bella tidak menyangka bahwa dirinya bisa seberani itu pada orang-orang berpengaruh seperti mereka.

“Aish kebodohan macam apalagi ini yang aku lakukan Tuhan?” batinnya menjerit.

Ah tidak tidak Bella tidak boleh merasa terancam, karena di sini jelas-jelas mereka yang bodoh. “Ayo Bella tarik napas buang tarik napas buang,” gumamnya pelan sangat pelan. Lalu kembali berbalik menghadap mereka.

Bella menatap Daniel, dia menjadi gugup sendiri ketika ke empat lelaki itu menatap dalam Bella. Dia berdehem pelan menghilangkan rasa gugup yang tiba-tiba datang. “Dokter Daniel, apa Anda lupa? Dua minggu yang lalu saya sudah bilang, sekitar empat puluh persen buat Cia nerima kalian. Itu karena pengaruh kejadian yang dia alami,”

“Jadi bukan hal yang aneh, kalau sekarang Cia tidak ingin melihat kalian, walaupun dia sudah kembali biasa dengan yang lainnya,” tutur Bella mungkin sekarang dia harus bersikap lembut.

“Tapi kenapa begitu? Kenapa sembuhnya setengah-setengah?” tanya Kenzo kesal.

Bella menghela napas kasar. “Sekarang saya tanya kalian, apa tadi Cia teriak histeris?” Mereka menggeleng sebagai jawaban.

“Apa Cia nangis sampai melempar sesuatu?” Lagi-lagi mereka menggeleng. Bella mendengus melihat respons mereka.

“Kalau begitu seharusnya kalian senang, ini ada kemajuan. Cia hanya tidak ingin melihat kalian, karena dia merasa kecewa. Kalian juga pasti akan melakukan hal yang sama, coba kalian pikir saat kalian menaruh rasa kepercayaan pada seseorang lalu dibuat kecewa tanpa perasaan, apa kalian bisa dengan mudah memaafkan?” Tidak ada yang menjawab mereka semua diam sambil terus mendengarkan Bella bicara.

“Tentu saja jawabannya tidak, begitu pun dengan Cia. Gadis kecil polos, yang sama sekali tidak tahu kekerasan atau apa pun itu malah harus mengalaminya,” tutur Bella panjang.

Sorry Little SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang