16. Kembali

4.8K 491 33
                                    

~Happy Reading~


Vote dan komen yah!

***


S

uasana rumah sakit terasa sepi, hanya terdengar suara langkah kaki dokter atau perawat yang sedang berjaga. Semua orang sudah masuk dalam mimpinya masing-masing, namun berbeda dengan Cia yang masih terjaga di tengah malam. Mata bulat itu memandang jauh jendela yang dia buka, membiarkan angin menerpa rambut halusnya. Tatapannya terlihat kosong, pikirannya berkelana entah ke mana.

Lama berdiam, tanpa terasa setetes air jatuh dari pelupuk matanya, mengalir membasahi pipi yang mulai terlihat berisi. Semakin lama air itu semakin deras, satu isakkan lolos gadis kecil itu menangis dalam lamunannya.

"Maap hiks," lirih Cia di tengah tangisnya. "Maapin Cia, mamah papah hiks,"

"Huhuhu Cia kangen mamah," tangisnya pecah. Dia meluapkan rasa sesaknya, cukup tiga hari dia bersikap seolah baik-baik saja, tidak untuk malam ini. Cia benar-benar merindukan keluarganya, tapi dia tidak seberani itu untuk bilang. Gadis itu malu, sangat malu.

Entah harus bagaimana dia mengungkapkan perasaannya. Jiwanya emosional saat mengingat kembali kejadian dua minggu lalu yang dia lakukan pada keluarganya. Gadis itu terus menangis berharap rasa rindunya akan berkurang.

Sampai tak sadar seseorang masuk dengan raut khawatir.

"Hei, sayang. Cia kenapa? Siapa yang bikin Cia nangis? Bilang sama Kakak," runtun Bela. Malam ini dia mendapatkan sif untuk berjaga, niat hati hanya ingin melihat adiknya tidur namun belum apa-apa dia sudah mendengar suara tangis dari Cia.

"Cia hiks ... Cia kangen mamah," ucapnya sambil menatap Bela.

Bela yang mendengarnya menatap tak percaya. Sungguh? Bela berhasil? Cia mau kembali?

"OH GOD! I DON'T BELIEVE IT!!" seru Bela. Dia menangkup wajah Cia, mengusap lembut pipi tembam itu. Tangannya gemetar Bela rasanya ingin sekali menangis.

"Cia ... Cia mau ketemu mamah?" tanya Bela hati-hati. Gadis itu mengangguk pelan, membuat air matanya lagi-lagi turun.

"Cia enggak takut lagi?"

Cia tidak menjawab dia malah menundukkan palanya.

"Cia hiks ... Cia salah. Cia malu, pasti mamah enggak mau ketemu sama Cia. Cia udah jahat, Cia usir mereka. Tapi hiks Cia kangen Kakak huhuhu, Cia mau mamah," tangis Cia pecah. Dirinya tidak tahu lagi harus bagaimana, malam ini dia hanya ingin melihat mamahnya. Benar-benar rindu, Cia benar-benar merindukan mamahnya.

Segera Bela memeluk erat tubuh kecil itu, rasanya lega sekali. Bela tidak pernah menyangka ini, dia berhasil membujuk Cia. Bela berhasil membuat gadis kecil itu tidak lagi takut pada keluarganya. Tolong beritahu Bela mana yang lebih membahagiakan setelah tahu Cia kembali sembuh.

Bela merenggangkan pelukannya dia menatap Cia dalam. "Enggak ada kata jahat, enggak ada kata malu dan enggak ada kata apa pun. Mereka selalu tunggu kamu sayang, mereka mau kamu kembali lagi. Mereka bener-bener kangen putri kecilnya, jadi ... Cia jangan sedih, jangan takut atau jangan ngerasa kalau mereka gak mau ketemu sama Cia," tutur Bela lembut.

"Hiks mamah mau ketemu Cia?" Bela mengangguk cepat tanpa sadar air matanya ikut turun.

"Besok, besok mereka pasti datang. Sekarang Cia harus istirahat oke,"

"Mereka mau ketemu Cia?" tanya Cia lagi, masih terlihat jelas keraguan di matanya.

Bela tersenyum kecil. "Enggak ada seorang pun ibu yang tega gak mau maafin anaknya." Dia mengusap lembut rambut gadis kecil itu.

Sorry Little SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang