𓅄 [ satu ↳ ͙♡₊˚

2.5K 226 270
                                    

[Hi, welkam my fren]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Hi, welkam my fren]

Fortune Cookie Yang Mencinta - JKT48
0:39 ━━❍─────── 4:42
↻ ◁ II ▷ ↺

Devinta menapaki jalan dengan langkah cepat, tangan kanannya menarik pergelangan tangan kiri orang yang mengekor di belakangnya, membuat empunya terhuyung-huyung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Devinta menapaki jalan dengan langkah cepat, tangan kanannya menarik pergelangan tangan kiri orang yang mengekor di belakangnya, membuat empunya terhuyung-huyung.

Rambutnya yang dikuncir melambai-lambai menyesuaikan irama langkahnya. Raut wajahnya sedikit gelisah namun ia tetap menampilkan senyumannya.

"Buruan, Ra."

"Sabar Dev, lagian kenapa sih buru-buru?!"

"Gue mau baris paling depan."

"Eh, buset, santai aja kali. Temen-temen kita yang lainnya pada demen baris paling belakang. Lo doang yang terobsesi baris di depan!" ketus Zahra. Menurutnya, Devinta benar-benar merepotkan.

Seperti pada umumnya, setiap sekolah melakukan rutinitas upacara di Senin pagi.

Sekitar 90% siswa siswi tidak menyukai upacara. Lalu, Devinta termasuk 10% sisanya.

Bukan karena ingin mendengar amanah pembina upacara ataupun berpanas-panasan. Tetapi, ia ingin melihat mas crush yang sudah disukainya selama tiga tahun silam.

Sapta Dwipradipta, yang akrab disapa Sapta. Murid kelas XII MIPA 3 yang tidak ganteng-ganteng amat tapi mampu membuat Devinta beserta jajarannya klepek-klepek. Jajaran yang dimaksud tentu saja ciwi-ciwi yang juga menyukai Sapta.

Kini Devinta sudah berada di lapangan upacara, mengedarkan pandangannya sambil berjinjit-jinjit mencari kakak kelasnya itu. Sebagai teman yang lumayan baik, Zahra tentu saja membantu Devinta mencari keberadaan sang pujaan hati.

Devinta menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia merasa gelisah karena sedari tadi dirinya tidak melihat orang yang dicarinya. Devinta sempat berpikir, mungkin saja, Sapta tidak hadir hari ini.

"Di bawah pohon nangka depan ruang BK," bisik Zahra tepat di samping telinga Devinta.

Devinta yang mendengar perunturan dari temannya menoleh ke arah yang di tujukan. "Anjir, kak Sapta habis motong rambut. Gila! Kadar kegantengannya bertambah," seru Devinta dengan gaya sok dramatis.

Klandestin : Antara Kau Dan Dia 💌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang