misi lewat ~ 🚘🚖🚔
- ', [happy reading] ꒱ ↷ ༊*·˚
Dengan tergesa-gesa Devinta menyusuri koridor rumah sakit. Sesekali matanya melirik pada signage yang terpampang di langit-langit koridor. Jari telunjuknya bergerak mengarah pada jalur yang akan ia lalui.
Melewati beberapa ruangan, Devinta kini berada depan ruang inap bertuliskan 'Ashoka II' pada pintunya.
Aroma karbol menyambut kedatangan Devinta ketika masuk ke dalam ruangan tersebut. Semua pasang mata yang ada di dalam mengarah padanya, kecuali Rio yang dengan tenang memejamkan matanya rapat.
Perlahan ia berjalan mendekati ranjang Rio. Lalu, jari-jarinya menggenggam erat pinggiran ranjang tersebut.
Sudah sangat lama terakhir kali Devinta melihat Rio seperti ini. Sedari dulu Rio memang sering keluar masuk rumah sakit. Namun, tetap saja Devinta selalu merasa cemas.
Dari arah seberang sana mama Rio bangkit dari duduknya, lalu menghampiri Devinta dan mengelus kepalanya lembut. "Dokter bilang Rio nggak apa-apa. Dia hanya kelelahan," ucapnya ketika menyadari ada raut khawatir yang sangat jelas tercetak di wajah anak temannya itu.
Kelelahan? Entahlah, hal itu seperti sulit untuk Devinta terima mentah-mentah. Tidak mungkin Rio masuk rumah sakit dan mendapatkan perawatan inap jika hanya kelelahan saja.
"Melly." Merasa terpanggil, mama Rio kembali menghampiri Sarah yang tengah duduk di sofa bersama Jasmine.
"Jasmine minta pulang, udah ngantuk katanya. Kamu mau ikut? Sekalian ambil perlengkapan Rio. Nanti aku antar kembali ke sini," lanjut Sarah seraya mengumpulkan beberapa kemasan camilan ringan yang berserakan di atas meja.
Devinta yang tadinya fokus pada tetesan cairan infus pada drip chamber, kini menatap heran mamanya. Kenapa mamanya jadi baik begini dengan Jasmine? Berbeda sekali dengan dirinya. Setiap kali Devinta merengek pulang, Sarah selalu menegurnya untuk bersabar. Tidak sering juga menyuruhnya pulang lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Klandestin : Antara Kau Dan Dia 💌
Teen Fiction[ Warning!!! Banyak jumpscare dan ngik ngik ngok nya ] ... Devinta menyukai kakak kelasnya selama tiga tahun lamanya, yang saat itu ia masih duduk di bangku pertama jenjang SMP. Pertemuan yang sering terjadi di antara keduanya membuat Devinta berad...