Suara ricuh menggelegar satu ruangan. Pelajaran pertama telah selesai. Murid X MIPA 7 disibukkan kegiatan masing-masing.
Salah satunya, Rio yang berdiri di depan membelakangi teman sekelasnya, lebih tepatnya, ia sedang menghapus beberapa coretan di papan tulis.
Kegiatannya terhenti, lalu menoleh ke arah Naufal yang sedang mengupil di meja guru "Fal, sekarang pelajaran apa?"
"Pelajaran Bu fosil," jawab Naufal.
Bu Fosil merupakan panggilan sayang untuk guru sejarah mereka. Selain itu, guru kimia mereka beri julukan dengan sebutan 'Bu Molekul'. Sungguh kreatif sekali anak muda.
"Beliau nggak ada ngasih tugas kan minggu lalu?" tanya Rio lagi sambil melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.
"ho'oh!" jawab Naufal.
Tidak berselang lama, dari luar terdengar suara-suara heboh. Rupanya, itu berasal dari Farhan dan Putra yang memiliki kedudukan sebagai pemantau di kelas. Setelah jam pembelajaran berakhir, biasanya mereka akan nangkring di depan kelas. Berjaga-jaga guru yang akan mengajar pada mata pelajaran selanjutnya.
"Woi, Bu Fosil otw kesini!" Farhan memberitahukan teman-temannya dengan setengah berteriak.
Sontak saja, semua bergerak duduk ke bangku masing-masing. Rio dengan gerakan cepat menghapus sisa-sisa coretan spidol, lalu kembali ke bangkunya dengan langkah-langkah besar.
Bu Sri masuk ke kelas dengan tas yang ditenteng seperti ibu-ibu sosialita. Dia tidak sendirian. Di belakangnya diikuti salah satu siswa yang membawa tas proyektor.
Dia adalah Revan Pratama. Hampir semua siswa SMA Cenderawasih mengenalinya. Revan merupakan anggota OSIS kelas XII yang terkenal memiliki wajah rupawan dan humble.
Revan juga merupakan kakak kelas pertama yang Devinta kenal.
Jadi tidak heran. Setelah meletakkan tas proyektor di meja guru, lalu, sebelum meninggalkan ruang kelas. Revan mengedipkan satu matanya yang ditujukan untuk Devinta.
Devinta hanya tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Kakak kelasnya selalu saja seperti itu setiap kali melihatnya. Namun, Devinta tidak terlalu berpikiran aneh. Menurutnya, kakak kelasnya itu jail.
Pernah sekali, saat Devinta tengah asik makan di kantin, Revan tidak sengaja lewat depan meja tempat Devinta berada. Pandangan mereka bertemu seperkian detik sampai Revan melayangkan kedipan mata padanya. Kejadian itu membuat penghuni kantin berpikir kalau mereka berdua itu sebenarnya ada hubungan istimewa.
"Ih, ih, lihat deh. Kak Revan kayaknya naksir gue. Tuh, barusan habis ngedipin matanya ke gue." Candaan Zahra membuyarkan lamunan Devinta yang sedang menatap ke arah luar.
Dengan cepat Devinta mengubah ekspresinya. Lalu, menoleh menyenggol bahu Zahra. "Ke lo tapi, kok matanya ke arah gue."
"Tadi tuh, ada angin lewat, makanya bola mata kak Revan geser dikit ke arah lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Klandestin : Antara Kau Dan Dia 💌
Fiksi Remaja[ Warning!!! Banyak jumpscare dan ngik ngik ngok nya ] ... Devinta menyukai kakak kelasnya selama tiga tahun lamanya, yang saat itu ia masih duduk di bangku pertama jenjang SMP. Pertemuan yang sering terjadi di antara keduanya membuat Devinta berad...