Devinta bersenandung di atas tempat tidur single miliknya sambil memejamkan matanya. Kakinya ia biarkan menggantung di ujung tempat tidur.
🎶 Ku terbiasa 🎶
🎶 Tersenyum tenang 🎶
🎶 Walau 🎶
🎶 Hatiku menangis 🎶
Devinta sangat menghayati lagu yang dinyanyikan hingga matanya berkaca-kaca. Sebait potongan lagu itu seperti menggambarkan apa yang selalu ia rasakan. Di luar kelihatan seperti baik-baik saja. Namun, jauh di lubuk hatinya paling dalam. Ada kesedihan yang dipendam.
Kesedihan itu membuat air matanya hendak turun, namun hanya seperkian detik tersedot kembali masuk ke mata. Devinta bangkit dari posisinya dan duduk bersila. Ia tiba-tiba teringat sesuatu.
"Anjay! Besok ulangan lisan," desis Devinta sambil menepuk jidat glowing nya.
Dengan cepat Devinta melompat dari tempat tidurnya lalu menuju meja belajarnya. Tangannya mengambil beberapa buku dan membawanya ke karpet samping tempat tidurnya.
Walaupun Devinta punya meja belajar yang rapi dan aesthetic. Tetapi, ia lebih memilih belajar di karpet. Menurutnya belajar sambil berselonjoran di bawah lebih nyaman.
Devinta membuka literatur milikinya dan mulai membacanya walaupun materi yang dipelajarinya tidak akan masuk dalam otaknya.
Pandangan fokus Devinta yang sedaritadi mencoba memahami materi kini teralihkan kala ponsel di atas nakas bergetar, menandakan ada notifikasi WhatsApp masuk. Devinta meraih ponselnya dengan malas.
Ah, ternyata itu pesan dari Zahra.
cuk
gw abis post foto
jgn lp like n kmnMales ah.
Terakhir kali lo bales komenan gue, lo ngetag kak Sapta (눈‸눈).sorry kepencet:)
gw jg lngsng apus kokBentaran gue like and komen.
Gue mau belajar dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Klandestin : Antara Kau Dan Dia 💌
Novela Juvenil[ Warning!!! Banyak jumpscare dan ngik ngik ngok nya ] ... Devinta menyukai kakak kelasnya selama tiga tahun lamanya, yang saat itu ia masih duduk di bangku pertama jenjang SMP. Pertemuan yang sering terjadi di antara keduanya membuat Devinta berad...