Sudah tiga hari berlalu sejak hari dimana Revan menyatakan perasaannya. Selama tiga hari itu juga, Devinta mati-matian berusaha tidak menampakkan diri di depan Revan.
Revan memberinya waktu selama beberapa hari untuk memikirkan jawabannya.
Namun, semakin keras usaha Devinta bersembunyi, semakin keras juga usaha Revan mendekati Devinta.
Bukan apa-apa. Hanya saja, Revan bersikap romantis di depan banyak orang. Seperti kejadian kemarin saat jam pulang sekolah. Karena hujan kembali turun, Revan memayungi Devinta yang hendak menuju parkiran menggunakan jaketnya.
Devinta mungkin akan senang jika di sana hanya ada mereka berdua. Nyatanya, siswa-siswi serta guru dan jajarannya melihat adegan romantis keduanya. Belum lagi, Revan yang membantu mengangkat rendah rok panjang Devinta agar tidak terkena genangan air bekas hujan yang kotor kecoklatan.
Tidak sedikit juga yang menggoda mereka dengan kata 'cie'. Itulah yang membuat Devinta malu dan risih.
"Ayok lah ke kantin," melas Zahra. Sudah terhitung lebih sepuluh kali Zahra berusaha membujuk Devinta. Tapi, yang dibujuk berusaha menulikan pendengarannya.
"Devinta ayok ke kantin," rengek Zahra.
Suara rengekkan itu terdengar sangat jijik di telinga Devinta. Mau tak mau ia membuka matanya yang sedari tadi terpejam.
"Nggak! Lo ajak Rio dan Naufal saja deh," ucap Devinta sambil menunjuk kedua teman laki-lakinya yang sedang push rank di pojokan kelas bagian belakang.
"Gue maunya sama lo." Zahra menggeleng pelan.
"Ngertiin gue. Lo taukan akhir-akhir ini bagaimana sikap kak Revan ke gue."
"Gampang itu mah. Usir aja kalo dia deketin lo lagi." Devinta memang belum memberitahu Zahra kalau beberapa hari yang lalu, Revan baru saja menyatakan perasaannya dan meminta menjadi pacarnya.
Devinta tidak memperdulikan rengekan Zahra yang menjadi-jadi. Kepalanya baru saja akan mendarat di tembok namun gagal karena suara gebrakan pintu yang memeking telinga.
Devinta serta seisi kelas menoleh ke arah suara yang berada di depan pintu kelas mereka. Terlihat tiga kakak kelas dengan pakaian ketat serta riasan wajah yang lumayan sedikit menor untuk ukuran anak SMA yang masih berada di lingkungan sekolah.
Salah satu dari mereka bernama Nilamㅡmantan Revanㅡyang Devinta terka orang yang baru saja menggebrak pintu.
"Yang anak OSIS dan Paskib tolong angkat tangannya," ucap Sofia, salah satu dari ketiganya.
Mereka bertiga mulai menyebar ke anak-anak yang mengangkat tangan.
Nilam berjalan mendekat ke deretan tempat duduk Devinta. "Ayu mengadakan birthday party," ucapnya pada Zahra dan Devinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Klandestin : Antara Kau Dan Dia 💌
Ficção Adolescente[ Warning!!! Banyak jumpscare dan ngik ngik ngok nya ] ... Devinta menyukai kakak kelasnya selama tiga tahun lamanya, yang saat itu ia masih duduk di bangku pertama jenjang SMP. Pertemuan yang sering terjadi di antara keduanya membuat Devinta berad...