"ah, gue-" belum selesai Lia berbicara, Ryujin sudah memotong pembicaraan gadis itu dan bergegas untuk menemui Soobin. Lia pun membuang napas kasar dan segera pergi untuk menyusul Ryujin.
"Soobin?!" Ryujin dengan segera meraih lengan lelaki itu. Wajahnya menunjukkan banyak sekali kecemasan. Gadis itu pun segera merogoh saku jas Soobin dan mengambil kunci mobilnya.
"Jisu, tolong jaga Soobin dulu ya? gue mau pergi ke mobil sebentar.." pesan Ryujin, Lia pun segera mengangguk dan menggantikan posisi Ryujin untuk menjaga Soobin.
"Soobin, kamu tunggu sebentar ya?" celetuk gadis itu.
Setelah kurang lebih 2 menit, Ryujin berlari menghampiri keduanya. Gadis itu pun kembali dengan membawa sebuah inhaler di tangannya. Ryujin segera mendekat ke arah Soobin dan membantu lelaki itu untuk memasukkan inhaler tersebut ke dalam mulutnya, "tarik napas pelan-pelan ya?" suara Ryujin mulai melembut. Soobin pun mengangguk pelan, perlahan keadaannya mulai membaik. Napas lelaki itu pun kembali normal secara bertahap. Lia pun bernapas dengan lega, begitupun dengan Ryujin.
"lo tuh ceroboh banget sih! kenapa lo tinggalin inhaler lo di mobil?!" omel gadis berambut biru itu.
Soobin mengangguk lemah, "mian.."
"tch, udah lah! kita pulang aja ya?" celetuk Ryujin, gadis itu mulai meraih tangan kanan Soobin dan membopong tubuh lelaki itu dengan perlahan. Bagaimanapun juga, keadaan Soobin masih cukup lemah. Ryujin harus membantunya untuk berjalan meninggalkan restoran dan masuk ke dalam mobil mereka.
Baru beberapa langkah berjalan, Ryujin mulai merasakan sebuah kejanggalan. Gadis itu pun sadar bahwa ia telah melupakan seseorang di belakang sana, perlahan dirinya mulai berbalik.. "hm- Jisu!"
Lia segera tersadar dari lamunan panjangnya dan mulai menoleh ke arah Ryujin, "uh?"
"lo gak mau pulang?" celetuk Ryujin dengan nada yang cukup ketus.
Lia pun menatap canggung gadis itu dan mengangguk, "hm-ne.."
Punggung keduanya pun mulai menjauh dari pandangan Lia. Gadis itu menghela napas panjang dan mendengus kesal. Lia lagi-lagi merasa ia sama sekali tidak mengetahui apa-apa tentang Soobin bila dibandingkan dengan sahabat perempuannya itu. Lia merasa sangat malu sebagai kekasih baru Soobin. Gadis itu pun mengacak-acak rambutnya dengan frustasi dan memutuskan untuk menyusul langkah keduanya agar tak tertinggal semakin jauh.
Karena keadaan Soobin yang masih cukup lemah, Ryujin pun akhirnya menggantikan Soobin untuk menyetir mobil malam itu. Lelaki itu sudah tertidur pulas di jok belakang, Lia pun menempati jok depan, tepatnya di sebelah Ryujin.
Situasi di perjalanan pulang pun menjadi sangat canggung, tidak ada yang berani membuka suara di antara keduanya.
Karena dikaluti oleh rasa penasaran yang mendalam, Lia pun akhirnya memberanikan diri untuk membuka topik pembicaraan.
"hm- gue boleh tanya sesuatu?" celetuk Lia.
Ryujin pun melirik sekilas ke arah sang gadis dan mengangguk tipis, "hm?"
Lia terdiam beberapa detik sebelum lanjut berbicara,"tch, sombong banget ini orang!"
"hm- Soobin sakit apa?" tanya Lia ragu-ragu.
Ryujin pun menghela napas dalam, ia sudah menduga bahwa Lia akan menanyakan perihal Soobin kepadanya, "sejak kecil, Soobin punya penyakit asma. dia itu teledor dan sering banget lupa bawa inhaler nya.." celetuk gadis itu panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙈𝙮 𝘿𝙚𝙖𝙧𝙚𝙨𝙩 𝙀𝙣𝙚𝙢𝙮 [ 𝘙𝘺𝘶𝘫𝘪𝘯 & 𝘓𝘪𝘢 ] ✔
Romance(🌹) : she is my enemy, but why do i still love her?! "aku akan menyingkirkan siapapun yang berusaha untuk menghalangi rencanaku, termasuk si gadis bernama Shin Ryujin itu!" - RYUJIN & LIA ITZY - 📍 Seoul, Korea Selatan [ ⚠️ : BAHASA NON-FORMAL ; GL...