CHAPTER DELAPAN BELAS

1.2K 184 137
                                    

Gadis berambut biru itu mulai bangkit dari kursinya dan bergegas pergi meninggalkan ruangan. Setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan, Ryujin pun memutuskan untuk langsung kembali ke rumahnya.

Hari ini adalah hari kepulangan kedua orang tuanya. Gadis itu merasa sangat antusias. Sudah lebih dari satu bulan, keduanya pergi meninggalkan Ryujin dan juga Yuna demi urusan bisnis mereka di Kanada.




Gadis itu mulai bergegas keluar dari mobil dan berlari masuk ke dalam rumahnya..

ceklek!

Senyum kecil terukir sempurna di wajah Ryujin. Canda tawa dari Yuna dan kedua orang tuanya menjadi pemandangan pertama yang ia lihat malam itu.

"Ryujin pulang!" sapa sang gadis berambut biru.

"unnie? akhirnya unnie pulang juga!!!" sahut Yuna. Gadis itu mulai mengisyaratkan sang kakak untuk bergabung bersama dengan ketiganya di ruang tengah.

"eomma, appa! bagaimana kabar kalian?" Ryujin mulai memeluk tubuh kedua orang tuanya, namun ada sesuatu yang janggal. Gadis itu sama sekali tak merasakan balasan apapun dari keduanya.

Ryujin mulai melepaskan pelukannya dan berdehem, "jam berapa eomma dan appa sampai? maaf ya Ryujin gak bisa jemput kalian di bandara. ada beberapa pekerjaan yang harus Ryujin selesaikan hari ini.." jelasnya panjang lebar.

Nyonya Shin mulai mengangguk tipis, "sekitar setengah jam yang lalu.." begitulah balasan singkat darinya untuk Ryujin.

Suasana menjadi begitu hening. Yuna bisa merasakan sikap dingin dari kedua orang tuanya terhadap sang kakak. Gadis itu mulai mengernyitkan dahinya dengan wajah penuh kebingungan. Padahal sebelum kedatangan Ryujin, keduanya masih bisa tertawa dan berbicara tentang banyak hal.

Senyum di wajah Ryujin mulai memudar. Tak lama, tuan Kim beserta Nyonya Shin memutuskan untuk beranjak dari sofa dan bergegas pergi meninggalkan keduanya.

"eomma dan appa masuk ke kamar dulu. kalian jangan lupa beristirahat ya?"

Ryujin mulai bangkit dari sofa dan menahan pergelangan tangan sang ibu, "eomma.."

"Ryu, eomma sangat lelah!"

"eomma ini kenapa sih? udah satu bulan loh kita gak ketemu. apa Ryu ada salah sama eomma? kenapa eomma bersikap sedingin ini?"

"Ryujin!" Nyonya Shin mulai meninggikan nada bicaranya, "kamu tahu kan kalau eomma dan appa baru aja pulang dari Kanada? kami ini lelah! tolong jangan tambahkan beban pikiran kami!"

Ryujin sama sekali tak bergeming. Hatinya merasa sangat hancur saat ini. Gadis itu tak menyangka bahwa sang ibu tega mengeluarkan kata-kata yang begitu menyakitkan terhadap dirinya.

"wae? eomma masih membenci Ryujin karena masalah itu? Ryujin udah bilang kalau itu semua bukan kesalahan Ryu!! kenapa sih eomma gak bisa percaya-"

plak!

Satu tamparan tegas mendarat sempurna di wajah gadis itu. Ryujin mulai mengusap pipi kanannya sembari meringis kesakitan. Genangan air mata mulai turun membasahi wajahnya.

"eomma?"

"itu semua memang salahmu. kenapa kamu masih mengelak?"

Ryujin mulai menggeleng lemah, "Ryujin berani bersumpah.."

"kami sudah cukup lelah hari ini. tolong jangan ganggu eomma maupun appa! mengerti kamu, Shin Ryujin?" Nyonya Shin mulai memotong pembicaraan sang putri.

Nyonya Shin menghela napas panjang dan mulai berbalik pergi meninggalkan sang gadis. Ryujin mulai memejamkan kedua matanya. Air mata terus mengalir dari pelupuk matanya. Yuna mulai berlari menghampiri sang kakak, "unnie?"

𝙈𝙮 𝘿𝙚𝙖𝙧𝙚𝙨𝙩 𝙀𝙣𝙚𝙢𝙮 [ 𝘙𝘺𝘶𝘫𝘪𝘯 & 𝘓𝘪𝘢 ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang