CHAPTER EMPAT PULUH DELAPAN

989 150 69
                                    

Lima Bulan Kemudian...

LIA POV

Aku merendahkan tubuhku dan kembali mengusap batu nisan di hadapanku, "eomma, Lia datang lagi!"

Dadaku terasa sesak. Air mata kembali mengalir dari pelupuk mataku. Hari ini tepat satu bulan sudah ibu kandungku pergi meninggalkanku.

"Lia rindu sekali pada eomma. Sudah satu bulan eomma pergi meninggalkan Lia. Jika saja eomma ingin bertahan sedikit lagi, kita pasti bisa melewati semuanya bersama-sama. Lia pasti merasa sangat bahagia karena dapat terus melihat senyuman cantik di wajah eomma.." suaraku bergetar. Aku mulai menundukkan wajahku dan memeluk diriku sendiri.

serapuh ini rasanya..

Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk menjaganya dengan baik, tetapi sepertinya takdir berkata lain. Ibuku memutuskan untuk menyerah dan pergi meninggalkanku karena penyakit jantungnya yang sudah tak bisa diselamatkan lagi. Aku merasa sangat menyesal karena belum sempat membahagiakan ibuku di semasa hidupnya.

"eomma pasti sudah tidak merasakan sakit lagi. eomma pasti merasa sangat bahagia di atas sana. maaf jika Lia selalu menyulitkan eomma semasa kita bersama. Lia benar-benar merindukan eomma.." aku sudah tidak dapat menahannya lagi, deraian air mata mulai mengalir membasahi wajahku. Ini terasa sangat menyakitkan. Satu-satunya keluarga yang kumiliki kini harus pergi meninggalkanku seorang diri.

Gadis itu segera mengusap air matanya dan beranjak dari tempat itu, "eomma, Lia pamit dulu ya? minggu depan Lia akan kembali lagi."

Setelah berucap demikian, gadis berambut panjang itu memutuskan untuk pergi meninggalkan makam sang ibu. Ia menengok alorjinya yang kini tengah menunjukkan pukul 3 sore.

Aku menepuk jidatku dan menyadari satu hal. Hari ini adalah hari keberangkatan Soobin dan juga keluarganya ke Singapura. Aku merasa sangat bodoh. Bagaimana mungkin aku bisa melupakan hal sepenting ini?

Tanpa berpikir panjang, aku segera merogoh saku celanaku dan meraih kunci mobilku yang tersimpan di dalam sana. Aku mulai mengendari mobilku dengan kecepatan di atas rata-rata. Aku tidak boleh terlambat sampai di bandara.

-

Sesampainya di bandara, aku segera melirik arlojiku yang tengah menunjukkan pukul 3 lewat 30 menit. Itu artinya tersisa 30 menit lagi sebelum penerbangan. Aku pun berlari kesana kemari untuk mencari keberadaan mereka. Aku juga mengirimkan pesan kepada ibunda Soobin bahwa aku baru saja tiba di bandara.

Hingga akhirnya seorang wanita paruh baya menepuk bahuku dari belakang, "Julia?"

Aku tersentak dan menoleh, kudapati Nyonya Minyoung tengah melemparkan senyum kecilnya kepadaku.

"ah bibi?" aku mengusap lengan wanita tersebut dan membalas senyumannya.

Nyonya Minyoung mendekatkan dirinya dan mengajakku untuk memasuki salah satu cafe yang letaknya tak jauh dari bandara, "dari tadi bibi menelepon dan sibuk mencarimu. bibi pikir kamu tidak akan datang kesini." ucapnya.

Aku meraih kedua telapak tangan Nyonya Minyoung, "aku sudah berjanji pada bibi untuk menemui kalian di bandara. bagaimana mungkin aku melupakan janjiku sendiri?"

Wanita paruh baya itu menganggukkan kepalanya dan tersenyum, "Lia, tolong doakan Soobin ya. meskipun kalian tidak bersama, bibi harap hubungan pertemanan di antara kalian tetap terjalin dengan baik."

Setelah melakukan perawatan dan juga kemoterapi selama 5 bulan di kota Seoul, ayah dan juga ibunda Soobin memutuskan untuk membawanya berobat ke singapura. Keduanya menganggap negara tersebut memiliki kualitas pengobatan dan juga fasilitas rumah sakit yang jauh lebih memadai untuk kesembuhan putra mereka.

𝙈𝙮 𝘿𝙚𝙖𝙧𝙚𝙨𝙩 𝙀𝙣𝙚𝙢𝙮 [ 𝘙𝘺𝘶𝘫𝘪𝘯 & 𝘓𝘪𝘢 ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang