CHAPTER ENAM BELAS

1.2K 189 123
                                    

Gadis berambut pendek itu masih saja berusaha mencari celah untuk keluar dari gedung itu, ia mengabaikan segala ocehan Lia di belakang sana.

"Ryu, ini gimana?! masa iya semaleman kita disini?!" teriak Lia.

Ryujin mulai kehilangan kesabarannya, "lo bisa diem gak sih?!" ia mulai menghembuskan napas beratnya.

Lia terdiam dan memutar kedua bola matanya dengan malas, "ini semua gara-gara lo tau gak!"

"loh, kok gara-gara gue?!" balas Ryujin tak terima.

"iya, coba aja kalo lo dengerin gue! pasti kita gak bakalan kejebak disini! gue kan udah suruh lo cepet-cepet, kantor lo tuh udah sepi! pasti dikiranya udah gak ada orang di tempat ini!!" dumel Lia panjang lebar.

brak!

Ryujin mulai membanting tumpukan file ke atas meja dan mendekat ke arah Lia. Gadis itu mulai menatap kedua matanya dengan tajam, "lo itu bener-bener gak tau terima kasih ya? udah bagus gue mau nolongin lo tadi! coba lo bayangin kalo misalkan gue gak ada disana? mungkin lo udah luntang-lantung gak jelas di jalanan!"

Lia mulai tersenyum sinis dan membalas tatapan mata Ryujin dengan penuh keberanian, "terus sekarang apa? gak ada gunanya kan gue ikut sama lo? gue tetep aja kejebak dalam kesialan malem ini!"

Perseteruan di antara keduanya semakin memanas. Tidak ada satu pun di antara Ryujin maupun Lia yang akan mengalah. Mereka berdua sama-sama memiliki ego yang kuat. Perdebatan terus berlangsung selama 5 menit sebelum Ryujin mulai memotong ocehan panjang dari gadis itu, "udah!!! lo bisa diem gak sih?! gue capek debat sama lo! daripada saling nyalahin, mending kita mikirin gimana nasib kita malem ini!"

Lia tersentak dan segera terdiam. Gadis itu mulai menghela napas panjang dan mengangguk, "sekarang gue tanya, emangnya pintu keluar di kantor lo cuma satu?"

Ryujin menggaruk-garuk kepalanya dan mengangguk dengan perasaan kesal, "iya, pintu ini satu-satunya jalan keluar dari gedung kantor gue."

"lo bawa ponsel kan? kenapa gak coba hubungin pihak kantor?" balas Lia.

Ryujin menggeleng kuat, "gue bawa, tapi malah gue tinggalin di mobil.." balasnya dengan pasrah.

Lia mulai membuang napas kasar dan berdecak, "terus gimana caranya kita keluar dong kalau kayak gini?! mana lampu nya juga mati semua lagi! haish!!"

Keduanya mulai berdiaman selama beberapa detik. Mereka sudah hampir putus asa. Apa lagi yang bisa diharapkan oleh Ryujin dan juga Lia malam itu?

Lia mulai mendengus kesal dan mengacak-acak rambut panjangnya, "kenapa sih lo ceroboh banget?!"

Ryujin melirik gadis itu dan berdecih, "apa bedanya sama lo? lo juga gak bisa berbuat apa-apa kan di situasi kayak gini?!"

"kalo tau bakalan begini, mendingan gue tunggu di mobil aja sampe pagi!" celetuk gadis itu.

"kekunci disini aja udah jadi sebuah kesialan buat gue, ditambah gue harus kekunci bareng sama nenek sihir kayak lo! bukannya ngebantu malah ngomel-ngomel gak jelas!"

Mendengar perkataan itu, Lia pun mulai bangkit dan mendekati Ryujin dengan perasaan tak terima, "kenapa sih gue harus ikut kejebak disini barengan sama lo?! kenapa juga harus lo yang jadi penolong gue?!"

Lia menggeram kesal dan mulai menjauh dari hadapan gadis itu. Ryujin pun melakukan hal serupa, ia sama sekali tidak ingin berurusan lagi dengan Lia.

"awas aja lo ya! awas aja kalo lo minta tolong lagi sama gue! pokoknya gue gak bakal mau nolongin lo lagi! dasar cewek aneh!!" gertak Ryujin.

Lia mulai menutup kedua telinganya dengan gerakan meledek. Gadis itu hendak duduk di atas sofa yang letaknya cukup jauh dari keberadaan Ryujin, namun ia segera berbalik dan mengurungkan niatnya..

𝙈𝙮 𝘿𝙚𝙖𝙧𝙚𝙨𝙩 𝙀𝙣𝙚𝙢𝙮 [ 𝘙𝘺𝘶𝘫𝘪𝘯 & 𝘓𝘪𝘢 ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang