CHAPTER SEPULUH

1.2K 171 92
                                    

RYUJIN POV

Aku sudah menduga gadis ini akan bertanya tentang hal itu. Kalau boleh jujur, aku sangat malas berurusan dengannya lagi. Aku pun menyesal telah membantunya kemarin. Tidak ada yang bisa kulakukan selain mengabaikan perkataannya dan pergi meninggalkannya.

"Ryujin!"

"aish-!" aku mendengus kesal, tetapi gadis itu terlihat jauh lebih kesal.

"jawab pertanyaan gue!" desaknya.

Aku menghela napas dan menggeleng, "gak tau!"

"mwo? Ryujin-ah!" gadis itu meraih lengan kananku.

"apa lagi?"

"apa lagi sih yang lo rencanain?"

Aku terkejut dan menoleh ke arahnya, "rencana? maksud lo?"

"apa lagi yang lo rencanain ke gue? lo gak mungkin bantu gue secara cuma-cuma kan?" kata gadis itu dengan penuh kecurigaan.

Aku tersenyum miring dan menatap sinis ke arahnya, "lo gila ya? bukannya terima kasih, malah nuduh macem-macem!"

Lia terdiam kaku mendengar ucapanku, "bukan gitu, tapi lo kan- argh!"

"udah lah, gak usah dibahas!" aku segera pergi meninggalkannya, meladeni gadis itu hanya membuat diriku semakin frustasi.



Aku memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar lorong rumah sakit. Aku mulai berjalan ke arah taman dan menghirup banyak udara segar disana.

"hah~" aku menghembuskan napas panjang dan memejamkan kedua mataku, pikiranku kembali tertuju penuh kepada Soobin.

dia akan baik-baik saja kan?

dia pasti akan segera sembuh kan?

Pikiran-pikiran dan kecemasan ku tentangnya semakin bertambah. Aku memang mengkhawatirkan kondisinya, namun aku merasa diriku lebih mampu mengendalikan kepanikan ku saat ini. Aku memang tidak terlalu banyak memikirkan tentang Soobin akhir-akhir ini, tidak seperti biasanya. Apakah ini pertanda bahwa aku sudah bisa merelakannya?

"kenapa lo mau bantuin gue?"


"huh?"

"anjir, kenapa gue jadi mikirin dia sih?!" Aku mulai mengerjapkan mataku berulang kali. Aku menggigit bibirku dengan perasaan kesal, "kenapa sih akhir-akhir ini itu cewek ada di pikiran gue terus?!"

Aku segera menggeleng dengan cepat, kulangkahkan kedua kakiku dan berbalik meninggalkan taman. Aku harus segera kembali ke rumah. Yuna pasti sudah menungguku.








***

ceklek!

"Ryujin-ah?"

Aku tersentak dan hampir saja berteriak. Sesosok gadis yang seharusnya tidak akan pernah kujumpai lagi kini tengah berdiri di hadapan mataku, ia tersenyum dan melambai ke arahku. Tanpa banyak berbicara, aku segera pergi meninggalkan gadis itu dan mengabaikan beberapa panggilannya di belakang sana.

"Ryu!!!" ia menahan lengan kiriku. Aku segera menepis tangannya dan berbalik, "apa lagi?"

"lo kenapa sih? lo kenapa terus-terus an bersikap dingin sama gue? ini udah satu tahun, Ryu!"

𝙈𝙮 𝘿𝙚𝙖𝙧𝙚𝙨𝙩 𝙀𝙣𝙚𝙢𝙮 [ 𝘙𝘺𝘶𝘫𝘪𝘯 & 𝘓𝘪𝘢 ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang